Sabtu, 14 Februari 2015

Ngopi Bareng Menaker di Kedai Ilmu




Kedai ilmu yang saban hari menjadi tempat konsolidasi gagasan dan juga tempat tongkrongan sambil ngopi dan menikmati sari mie bagi siapa saja dikunjungi Menteri Tenaga Kerja RI, Hanif Dakiri yang juga mantan aktivis gerakan mahasiswa di tahun 1998 itu. Pertemuan ini difasilitasi George Hormat Kulas.

Hanif Dakiri yang didampingi staf khusus kementrian Nakertrans Dita Indah Sari , tiba bersama rombongan di kedai ilmu yang terletak di Jalan Kika Ga, RT.22, RW. 10 Walikota Baru - Kupang, Jumad, 12.30. Hanif Dakiri terlihat santai dan penuh semangat bercengkeramah bersama aktivis tentang pengalamannya dalam gerakan mahasiswa di era 98 sambil meneguk hidangan kopi ala kedai ilmu.

Dalam kunjungan dan diskusi ini, Hanif menceritrakan pengalamannya semasa mahasiswa. Selain itu, Hanif memberikan apresiasi terhadap semangat perjuangan aktivis gerakan ini atas inisiatif mereka, membangun kedai ilmu sebagai tempat berkumpulnya para aktivis guna mendiskusikan berbagai persoalan bangsa yang melanda rakyat NTT akhir-akhir ini.

“Saya sangat apresiasi terhadap semangat teman-teman atas inisiatifnya untuk membangun kedai ini sebagai ruang konsolidasi dan mendiskusikan berbagai persoalan rakyat yang sedang melanda bangsa saat ini khusunya NTT, semoga semangat ini tetap terjaga sehingga kemudian dapat menghasilkan hal-hal positif dalam upaya membangun bangsa ini ke depan," kata Hanif.

Selain itu para aktivis ini juga sempat menyinggung persoalan human trafficking (perdangan orang ) yang selama ini melanda rakyat NTT dua tahun belakangan , Hanif juga mengajak aktivis dan seluruh rakyat NTT agar bekerja sama memberantas praktek human trafficking di Indonesia khususnya NTT karena menurutnya human trafficking di bangsa ini sudah terjaring secara massif dan sistematis sehingga dibutuhkan kerja sama yang baik antara seluruh elemen masyarakat bersama pemerintah sehingga persoalan human traficking yang melanda bangsa ini, bisa segera dituntaskan.

Merespon ajakan Hanif ini, para aktivis menyatakan kesediaannya untuk bersama pemerintah memberantas human trafficking di NTT. Selain aktifis NTT juga siap untuk membangun posko pengaduan di kedai ilmu dan pendampingan terhadap masyarakat terkait persoalan human trafficking

Sementara itu, Yoseph Sudarso Asafa yang dipercayakan sebagai juru bicara mahasiswa dalam diskusi tersebut, menyampaikan ucapan terima kasih terhadap Menakertrans ini, karena sudah bersedia mengunjungi kedai ilmu dan berdiskusi bersama kativis di NTT.

“Kunjungan pak menteri ini menjadi semangat lebih bagi kami untuk terus melangkah,” tegasnya.

Asafa juga berharap agar ini bisa menjadi contoh bagi pemerintah lainnya untuk lebih mendekatkan diri kepada masyarakat juga kativis guna membicarakan berbagai soal yang melanda rakyat bangsa ini.
Share:

Senin, 09 Februari 2015

"Darah dan Nyawa ternyata tak berharga lagi..."


Masih lekat dalam benakku :
apa dulu cerita Bu Guru di kelas satu .…..
Bu Guru bilang :… negeriku indah dan menawan…
Bu Guru bilang:… penduduk kami ramah dan sopan..
Bu Guru juga bercerita tentang tabiat temurun nenek kami yang santun dan murah senyum….
Kata Bu Guru pula, cuma kami yang punya negeri :dimana tongkat kayu dan batu bisa jadi tanaman…..
Ooh..negeri impian….

Tapi…
Itu duluuuu….
sekian masa tlah berganti….
Dan akupun bukan kanak-kanak lugu dan ingusan lagi..
Tiba-tiba, dimataku Bu Guru menjadi :.. ‘pembohong sejati..’
Cerita Bu Guru dulu ternyata cuma teori…
Buktinya..; hari ini negri kami ini seperti negeri para kurcaci..
Hari ini..harga diri penduduk negri kami seperti cuma seujung kuaci..

Bu Guru mungkin tak pernah tahu lagi..
Bahwa hari ini ..:senyuman kami hanyalah kepalsuan..
Sopan santun kami hanyalah basa basi….
Dan saban hari, yang kami telan hanyalah tontonan KEMARAHAN...


Ya…
Inilah negeri kami hari ini…: NEGERI PARA PEMARAH…
Setiap membuka layar kaca…..setiap membuka lembaran koran...
nyaris tak ada berita tanpa kabar keberingasan…
berita pembunuhan...
Bertia pembunuhan...
Berita pemerkosaan...
berita perkelahian…
berita cakar-cakaran…
berita jegal-menjegal..berita tuding-tudingan- bentrok….demo…amarah tumpah meluah nyaris di segenap penjuru negeri ini...


Lihatlah hari ini....
dari subuh tadi....layar telivisi tak henti menyuguhkan sebuah kenyataan..
bahwa darah dan nyawa..ternyata cuma seharga uang recehan...sungguh murahan...
peluru..pentungan dan parang..adalah alat mutakhir untuk tuntaskan persoalan...
darah dan nyawa bukan lagi milik paling berharga...
..demi harga diri. kami rela mati..begitu rakyat memelintir akal sehatnya...
...demi tugas, demi periuk nasi..kami harus bunuh nurani kami sendiri, begitulah para petugas meyakini diri.

Dan tak cuma siang ini...kemaren-kemaren juga begitu....
bayangkan....
Cuma soal belis...Cuma merasa tersinggung, Cuma dijanjiin akan diberikanan seorang  gadis untuk dinikahi...ia pun rela membunuh....
Cuma soal tatapan mata….anak sekolah marah sampai berdarah-darah..
Cuma soal cinta monyet…anak gadis berseragam bercakaran sampai pipinya lecet..
Cuma soal SMS nyasar.. suami tega mengabisi istri dengan membakar…
Apakah ini tersebab, di telivisi Mata Pelajaran Marah sudah seperti menjadi PR harian….?
Ataukan karena, Sinetron bukan saja mengajarkan Bagaimana Cara Bermimpi….tetapi juga terang-terangan menunjukkan langkah-langkah ; Bagaimana Cara Bertengkar…?
Reality Show bukan cuma mempertontonkan bagaimana ragam kekisruhan rumah tangga di negeri ini, tapi juga mengajarkan bagaimana Cara Memancing Amarah agar tumpah meluah….
Ataukah memang negeriku ini tengah terpuruk dalam putaran roda kejahiliyahan…?
Bersahabat dengan setan,
memuja kemarahan,
lalu menganggap bahwa membuncahkan amarah adalah jalan keutamaan..?

Terus terang….
Semula kukira yang suka marah hanyalah orang-orang yang akal sehatnya lagi goyah..
Semula kuduga yang gemar marah hanyalah kebodohan dan ketakberdayaan…
Semula kusangka yang marah itu hanyalah ‘para sampah…’


Ah, ternyata aku salah duga….
Hari ini rupanya marah yang tumpah sudah menjadi begitu lumrah…
Tengoklah reality politik bangsa ini di televisi…
Bapak-bapak YTH saja , yang berdasi dan bersafari bisa menyulap Kantor Dewan menjadi ring tinju untuk berkelahi….
Bagaimana kita kan menonggokan harkat mereka sebagai Negarawan.... sedangkan untuk bertukar pikiran saja mereka harus bertengkar dengan gaya bahasa dan ekspresi seperti 'hewan'..??

Ingin rasanya...
agak sesekali .....
dengan setulus hati kita memuja mereka sebagai tokoh panutan yang bertaraf sebagai insan budiman....
tapi ulah meraka sendiri yang marah-marahan di gedung Dewan membuat mereka terpuruk sendiri ke lembah kehinaan....
Dan Mahasiswapun berkoar 'atas nama rakyat'..
persetan intelektual...
ayo singsingkan lengan bajuuu..
kepalkan tinjuuuu.....
lemparkan batuuuuu.....
aah,mahasiswa negerikuuu...

Kalau memang amarah yang membuncah sudah mengalir dalam darah daging segenap penghuni anak negeri ini.....Kalau memang amarah yang meluah adalah cara terbijak untuk memecah sebongkah masalah diri ini....Aahh,..kebanggaan sebentuk apalagi yang bisa kita ceritakan pada anak cucu kita nanti…?

Semakin hari...semakin susah untuk membuktikan : bahwa inilah negeri dengan penghuni yang baik budi...kecuali sebuah kenyataan, bahwa di negeri para pemarah ini...darah dan nyawa memang sudah tak ada harganya lagi...!

Share:

Sabtu, 07 Februari 2015

TERSANGKA PEMBUNUHAN LINUS NOTAN DIBEKUK


Setelah lima hari bekerja, tim penyidik Polda NTT, yang terdiri dari Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Kejahatan dan Kekerasan (Jatanras), AKBP Bambang, bersama Roland, dan Haryanto Sakbahan, bersama Polres Lembata, melakukan penangkapan terhadap lima tersangka pelaku pembunuhan Linus Notan, pada Sabtu (7/2). Penangkapan ini dipimpin langsung oleh AKBP Bambang, dengan menggunakan tiga mobil dikawal satu mobil Dalmas, bergerak dari Polres Lembata sekitar pukul 05.30 Wita, setelah melakukan apel siaga pukul 05.00 Wita, dan tiba di Jontona tepat pukul 06.50 Wita.

Kelima tersangka yang ditangkap itu ialah Laurens Laba alias Lori Lodan, Elias Laran, Stefanus Anton Making alias Stef Lodan, Feliks Sele dan Yosef Payong.

Saat penangkapan Lori Lodan menggunakan celana pendek berwarna putih dengan baju hitam tulisan polisi. Disaksikan istrinya Veronika Ikan Lele, Lori Lodan digelandang polisi masuk mobil Dalmas tanpa mengeluarkan satu kata pun. Setelah itu, tim bergerak menuju ke rumah Elias Laran. Setibanya di rumahnya, Elias belum bangun. Polisi lalu menggedor pintu dibantu Linmas Desa Jontona. Penangkapan Laran dilakukan dalam kamar. Tersangka hanya menggunakan kain lipa dan baju putih.

Tersangka lainnya, Yoseph Payong Lela saat ditangkap menggunakan jaket hitam dan celana panjang putih, tangan Payong Lela diborgol masuk ke mobil Dalmas untuk bergabung dengan Lori Lodan dan Elias Laran yang sudah sejak tadi menunggu dengan tangan diborgol juga. Untuk menangkap tersangka yang juga diduga sebagai otak pelaku pembunuhan Linus Notan, Stefanus Lodan dipimpin langsung oleh AKBP Bambang.

AKBP Bambang bersama tim masuk ke rumah Stefanus Lodan sekira pukul 06.10 wita. Sebelum melakukan penangkapan terhadap Stefanus, tim terlebih dahulu mengamankan Feliks Sele alias Feliks Laba, dari dalam kamar tidur. Saat ditangkap, Feliks Laba menggunakan switer lengan panjang warna merah dan celana panjang.

Sekitar 10 menit, tim memberikan kesempatan kepada Stefanus Lodan untuk mengenakan pakaian kebesaran. Jaket hijau, celana panjang hitam dan kopia. Ciri khas penampilan beliau. Stefanus Lodan digelandang, sembari mencium tanah dan bersumpah bahwa dirinya bersih tanpa terlibat kasus pembunuhan Linus Notan.

Setelah mencium tanah di depan rumahnya, Stefanus Lodan digelandang naik ke Mobil Dalmas. Di dalam sudah menunggu, Yoseph Payong Lela, Feliks Laba, Lori Lodan dan Elias Laran. Informasi yang dihimpun, peristiwa cium tanah yang dilakukan oleh Stefanus Lodan, sungguh dramatis. Sebab, disaksikan ratusan mata masyarakat Jontona dan polisi yang hadir. Polisi tidak juga menegur. Membiarkan dia melakukan hal tersebut. Bahkan sampai di dalam mobil, dirinya masih sempat mengangkat tangan seolah memberi hormat kepada keluarga dan masyarakat yang hadir saat itu.

Saat melakukan penangkapan, polisi sudah menyiapkan surat penangkapan sebagai tersangka dan ditandatangani oleh keluarga. Veronika Ika menandatangani surat penahanan Lori Lodan. Bewa Lodan menandatangani surat untuk suaminya Feliks Sele. Dorotea As, untuk penahanan Stefanus Lodan yang juga suaminya. Hal yang sama juga dilakukan oleh istri Payong Lela.

Menurut Kapolres Lembata, AKBP Wresni HS Nugroho, sebelum polisi menagkap kelima tersangka itu, para penyidik terlebih dahulu melakukan ekspos dengan seluruh perwira Polres Lembata terkait kasus kematian tidak wajar Linus Notan. Ekspos dilakukan selama dua hari, kamis, dan jumad (5-6/2/2015) malam.  Setelah ekspos terakhir pada jumad (06/02/2015) malam, keesokan harinya Sabtu (7/2/2015), sekitar pukul 05 wita tim Gabungan Polda NTT dan Polres Lembata  mengadakan penangkapan terhadap tersangka pembunuhan Linus Notan.

Kelima tersangka itu langsung dibawa ke Polres Lembata dan langsung diadakan pemeriksaan maraton. Sampai sabtu sore, para tersangka masih diperiksa secara intensif  oleh penyidik. Selama pemeriksaan para tersangka didampingi penasihat hukum, Stanis Kapo, S.H. Kelima tersangka ini diancam pasal 338 KHUP dengan ancaman hukuman 20 tahun penjara.

Terkait motif pembunuhan Linus Notan, Kapolres Lembata menjelaskan bahwa penyidik masih melakukan pendalaman terkait motif  yang melatarbelakangi pembunuhan ini. Namun menurut informasi yang beredar, kematian Linus Notan diduga terkait urusan adat, soal belis kawin-mawin pada bulan mei 2014. Dimana dalam urusan adat tersebut sempat terjadi perkelahian antara korban dengan salah satu tersangka yang ditangkap yaitu Stef Lodan.  Diduga alasan itulah membuat para tersangka menghabiskan nyawa Linus Notan

Untuk diketahui Linus Notan adalah warga Desa Jontona, Kecamatan Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata. Dia sebelumnya ditemukan tergeletak di bawah pohon lontar di Desa Jontona pada tanggal 03 September 2014 lalu. Sudah lima bulan tidak ada kejelasan hukumnya dari Polres Lembata. Dan, kelima orang yang ditangkap tersebut merupakan nama–nama yang disebut Gaspar Molan yang merupakan saksi kunci, dan terduga yang ditemukan meninggal dalam sel tahanan ruangan identifikasi Polres Lembata pada Senin (2/2) lalu.

(mkg)

Share:

Kamis, 05 Februari 2015

KAPOLDA NTT: ADA BANYAK KEJANGGALAN DAN KELALAIAN POLISI



Aliansi Masyarakat Pengawas Kinerja Kepolisian (AMPKK) – NTT, Rabu (4/2/2015) melakukan aksi damai ke Polda NTT, menuntut penuntasan dugaan kasus pembunuhan Linus Notan warga desa Jontona, kecamatan Ile Ape Timur Kabupaten Lembata pada tanggal 3 september 2014 lalu dan hampir 5 bulan tidak ada kejelasan penyelesain hukum dari polres Lembata.

Aksi ini juga mendesak Kopolda NTT  untuk meminta pertanggungjawaban dari polres lembata atas kematian Gaspar Molan yang ditemukan tewas dalam ruangan identifikasi polres Lembata pada tanggal senin,02/02/2015. Gaspar  Molan  merupakan saksi kunci pembunuhan  Linus Notan sekaligus diduga sebagai salah pembunuh, yang sejak tanggal 22 oktober 2014 mengamankan diri di polres Lembata.



Aktivis AMPKK – NTT memulai aksi damai dari jam 09 pagi dengan titik start dari depan kampus Undana Lama dengan massa sekitar 30 orang lebih. Masa aksi terlihat membawa banyak tulisan di spanduk. Diantaranya, Bongkar Mafia Hukum, Copot Kapolres dan Kasat Reskrim Lembata, Polisi Lembata Muka Uang, Polres Lembata IQ Jongkok, Polisi Lembata Pencabut Nyawa dan tulisan – tulisan lain yang bernada kecaman terhadap Polres Lembata.
Massa aksi ini diterima langsung oleh Kapolda NTT, Brigjen Polisi Drs. Endang Sunjana, SH, MH, dan didampingi Kabid Humas Polda NTT, AKBP Agus Santoso. 

Massa aksi yang dikoordinir oleh Bedi Roma sebagai koordinator umum dan Igo Halimaking sebagai koordinator lapangan langsung berdialog dengan Kapolda NTT di depan pintu pagar polda, namun karena hujan, dialog dilanjutkan di ruangan pos penjagaan. Dalam dialog ini, menurut Kapolda sebenarnya untuk menuntaskan kasus Linus Notan ini ia sudah menurunkan tim ke Lembata.

“Saya sudah menurunkan tim ke Lembata untuk menyelidiki kasus ini pada tanggal 30/01/2015 yang dipimpin oleh Gede Nilla, Haryanto Sakbahan dan Roland. Tim ini baru pulang ke Kupang tanggal 01/02/2015,” jelas Kapolda NTT. 

Menurut Kapolda, setelah tim pulang, ia menerima kabar bahwa Gaspar Molan yang merupakan saksi kunci pembunuhan  Linus Notan sekaligus diduga sebagai salah pembunuh ditemukan tewas dalam ruangan identifikasi polres Lembata pada tanggal senin,02/02/2015 dini hari.  Sehingga menurut kapolda ia langsung mengutus tim baru untuk ke Lembata pada hari itu juga.

“Setelah mendengar kabar tersebut saya langsung menerjunkan tim baru  yang terdiri dari Tim penyidik Polda NTT, dipimpin langsung AKBP Bambang, Kabid Propam Polda NTT, AKBP I Gede Mega Suparwitha, bersama tim DVI dari Polda NTT,” ungkap Endang Sunjajaya.
Kapolda menjelaskan bahwa tim ini bertugas meyelidiki kematian Gaspar Molan dan menuntaskan kasus dugaan pembunuhan Linus Notan.

“ Saya memerintahkan tim ke Lembata untu mencari tahu apakah yang bersangkutan murni gantung diri atau digantung. Tim ini juga saya tugaskan untuk langsung menuntaskan dugaan kasus pembunuhan Linus Notan karena ada banyak kejanggalan dan  saya perintahkan untuk tidak boleh kembali  ke Kupang sebelum kasus ini tuntas,“ jelas Endang.
Terkait kematian Gaspar Molan, menurut Kapolda ini merupakan kelalaian dari Kepolisian Lembata,karena menurut informasi selama ini Gaspar bebas keluar masuk ruangan. Ia berjanji akan menindak tegas kepolisan Lembata. 




Dalam aksi ini , Aliansi Masyarakat Pengawas Kinerja Kepolisian (AMPKK) – NTT memberikan tuntutan – tuntutan sebagai berikut :
1. Menuntut Kapolda NTT untuk mengambil alih proses penyidikan dugaan kasus pembunuhan Linus Notan di Lembata secara transparan karena diduga Polres Lembata ingin menghilangkan kasus ini.
2. Menuntut Kapolda NTT meminta pertanggungjawaban Kapolres Lembata, Wresni H.S.Nugroho, Kasat Reskrim Polres Lembata, Arif Sadikin, penyidik Polres Lembata yang menangani kasus kematian Linus Notan dan piket yang bertugas harus bertanggungjawab penuh atas kematian Gaspar Molan.
3. Meminta Kapolda NTT, Endang Sunjana mengirim tim khusus untuk menuntaskan kasus Linus Notan dalam waktu 4 x 24 jam dan Gaspar Molan 7 x 24 jam sejak hari ini.
4. Rekaman pengakuan Gaspar Molan baik video maupun audio harus menjadi bukti yang sah dalam mengusut kasus Linus Notan sampai ke pengadilan.
5. Menuntut kapolda NTT segera menindak secara tegas Kasat Reskrim Polres Lembata Arifin Sadikin dan salah seorang penyidiknya Yanris Sinlaeloe yang mengeluarkan pernyataan palsu dan makian terhadap keluarga korban.
6. Menuntut kapolda NTT untuk mendesak polres Lembata agar segera mengumumkan hasil otopsi kepada keluarga korban Linus Notan.
7. Menuntut Kapolda NTT untuk segera mencopot Kapolres  Lembata, Wakapolres, Kasat Serse, Kasat Sabara, Kasat Intel karena tidak mampu menangani kasus ini .
8. Menuntut kapolda NTT segera mengambil alih menyelesaikan persoalan-persoalan hukum yang masih mandek di Polres Lembata
9. Mendukung Kapolda NTT untuk menyelesaikan persoalan-persoalan hukum yang terjadi di NTT
10. Menuntut reformasi total di tubuh institusi Kepolisian Negara.
11. Bila tuntutan ini tidak ditindaklanjuti maka keluarga Besar Linus Notan, Gaspar Molan dan seluruh Masayarakat Jontona akan menduduki Polres Lembata, dan AMPKK kembali menduduki Polda NTT.

Terkait salah satu tuntutan aksi agar mencopot Kapolres  Lembata, Wakapolres, Kasat Serse, Kasat Sabara, Kasat Intel, Kapolda berjanji agar segera mendindaklanjutinya. Kapolda juga berjanji untuk menuntuskan segala persoalan hukum di Lembata yang selama ini mandek ditangan Polisi.(Mkg) 

Share:

RINTIHAN HATI SEORANG ANAK UNTUK BPK GASPAR MOLAN BALAWANGA



...AYAH JANGAN PERGI ......
Jika ada 5 menit sebelum kau meninggal
Aku akan berimu 1 pelukan terkahir
Pelukan erat di bawah senyum lebarmu
Aku akan beri tahu bahwa aku tidak bisa hidup tanpamu
Bahkan walau untuk sesaat.. aku akan mengecup pipimu
mengambil tanganmu dan berkata .. AYAH JANGAN PERGI ,,,

Jika saja saya punya waktu lima menit
Sebelum kau meninggal ayah...
Aku akan memberitahu Semua hal
yang ingin saya sampaikan kepadamu
Aku tidak pernah memberitahumu
Betapa berartinya engkau bagiku
Setidaknya Kau adalah ayah terbaik
Labih baik dari siapapun.

Ayah... jika aku punya waktu lima menit
sebelum kau di jemput ajal
Aku berharap , engkau akan memberitahuku
semua yang terjadi dan aku akan katakan
aku mencintamu ayah....

Tapi kau pergi lebih cepat
Raga kurusmu tergantung kaku
Tali setan telah meregang nyawamu
dari balik jeruji besi kaum penegak
Ayah....kau pergi demi keadilan di bumi Jongtodanara
semoga matimu membawa sinar baru
bagi damai di tana lewohala

PAPA..... MAMA....
Tunggulah aku di surga
Jangan biarkan aku sendirian
Di saat malaikat menjemputku

SUMBER: STATUS FACEBOOK SARKY BALAWANGA
Share:

Rabu, 04 Februari 2015

Tentang Kemanusiaan


Terik matahari menyengat perih
Debu-debu menempel risih
Tanah retak, rumput kering merintih
Di bagian ujung bumi ini.....
Bermimpi hujan turun kembali
Atau sekadar embun di pagi hari
Disana...ditempat yang lain
ada suara berteriak serak
Berharap iba pada dunia yang congkak
Hingga tanpa daya lemah tergeletak...
Wahai dunia........
Tidakkah kau dengar jerit tangisnya?
Tidakkah kau lihat nanar matanya?
Tidakkah kau rasa perih hidupnya?

Dia tak ingin istana menyala
Mereka tak minta kemilau emas di raga
Hanya setitik cinta dari sang penguasa
Atau seteguk air di bejana
Tak sanggupkah kita

Sumber: Catatan Facebook Sarky Balawang/19 Januari 2014
Share:

MENUJU LEWOHALA



Dingin angin pagi mengantarkan aku bersama isteri dan anak – anak menapaki tangga bebatuan. Hamparan laut di kaki bukit nanbiru bertabur kilatan sinar mentari pagi terasa damai di jiwa. Inilah Alam desaku indah bak Ratna mutu manikam. 

Karena tidak terbiasa mendaki gunung kaki terasa gemetar dan penat tak berkesudahan, namun hasrat telah memacu semangat isteridan anak – anak yang nota bene belum pernah menyaksikan dan mengikuti ritualPesta kacang Lewohala…. Wolorebeng perhentian pertama kami….Hembusan udara pagiterasa menerpa halus menyapa membuat isteri dan anak – anak begitu menyatu bersama indahnya alam pegunungan. Jauh disana…. Puncak gunung Ile Ape berdiri kokoh menjulang.


Sambil menggendong anakku yang paling kecil langkah kusantai menelusuri jalan desa yang di kerjakan secara swadaya.  Ransel di pundaku terasa lembab karenabermandi peluh. Jordy puteraku begitu antusias sehingga sesekali dia berlarijauh  meninggalkan gerombolan kami.Karena khawatir kadang aku berteriak memanggilnya dan diapun membalas .. “ Kitaso jao sini le… Cepa dike ka !” dalam hatiku aku bergumam Pasti Nenek Moyangsudah memimpin perjalanannya sehingga dia tidak pernah merasa lelah. Yang aku heran Jarak antara gerombolan dengan dia samapai puluhan meter jauhnya tetapi dia senang saja. Jalanan desa bagai tak tersentuh oleh pihak lain, padahal masyarakat secara swadaya sudah merintis jalan itu. Ironisnya jalanan ini sering di lalui pihak pemerintah pada tiap tahun pesta kacang di lewohala.Entah di mana nuraninya Cuma janji yg sering terucap setiap kali mereka mengunjungi Lewohala.



Rindang pepohonan menutupi terikpagi dan langkah kaki kami terus berlanjut menuju Lewohala. Angin sepoi menerpamenyemangati kami untuk cepat sampai di sana akhirnya kami pun tiba di persimpangan jalan setapak menyusuri lereng pegunungan menuju Lewohala bak tanah terjanji buat isteri adan anak – anaku….Peluh membasahi tubuh… anak di gendongan akhirnya pulas sebelum tiba dilewohala mungkin karena udara segar pegunungan telah meninabobokannya. Tanpa kusadari Puteraku Jordy sudah tak terlihat lagi. Aku khawatir keberadaannya akucoba meneriaki dia namun tak ada suara. Dalam kebingungan kami… terdengar suara kecil jauh memanggil.. “ Bapa e… kita so sampe disini ada teman – teman banyasini “… legah hatiku.. ternyata  diasudah tiba duluan di tempat parkir kendaraan alais terminal akhir dan berbaur dengan anak – anak lewohala yang lain. Dan akhirnya gerombolan kami pun sampaijuga. Terlihat  lega raut wajah isteridan anak – anak ku….”LEWOHALA KU INILAH KAMI ANAK CUCUMU “

Sumber: Catatan Sarky Balawanga/facebook 5 November 2013
Share:
Flag Counter

Featured Post 3

Recent Posts

Unordered List

Pages

Theme Support