Post views: counter

Senin, 09 Februari 2015

"Darah dan Nyawa ternyata tak berharga lagi..."


Masih lekat dalam benakku :
apa dulu cerita Bu Guru di kelas satu .…..
Bu Guru bilang :… negeriku indah dan menawan…
Bu Guru bilang:… penduduk kami ramah dan sopan..
Bu Guru juga bercerita tentang tabiat temurun nenek kami yang santun dan murah senyum….
Kata Bu Guru pula, cuma kami yang punya negeri :dimana tongkat kayu dan batu bisa jadi tanaman…..
Ooh..negeri impian….

Tapi…
Itu duluuuu….
sekian masa tlah berganti….
Dan akupun bukan kanak-kanak lugu dan ingusan lagi..
Tiba-tiba, dimataku Bu Guru menjadi :.. ‘pembohong sejati..’
Cerita Bu Guru dulu ternyata cuma teori…
Buktinya..; hari ini negri kami ini seperti negeri para kurcaci..
Hari ini..harga diri penduduk negri kami seperti cuma seujung kuaci..

Bu Guru mungkin tak pernah tahu lagi..
Bahwa hari ini ..:senyuman kami hanyalah kepalsuan..
Sopan santun kami hanyalah basa basi….
Dan saban hari, yang kami telan hanyalah tontonan KEMARAHAN...


Ya…
Inilah negeri kami hari ini…: NEGERI PARA PEMARAH…
Setiap membuka layar kaca…..setiap membuka lembaran koran...
nyaris tak ada berita tanpa kabar keberingasan…
berita pembunuhan...
Bertia pembunuhan...
Berita pemerkosaan...
berita perkelahian…
berita cakar-cakaran…
berita jegal-menjegal..berita tuding-tudingan- bentrok….demo…amarah tumpah meluah nyaris di segenap penjuru negeri ini...


Lihatlah hari ini....
dari subuh tadi....layar telivisi tak henti menyuguhkan sebuah kenyataan..
bahwa darah dan nyawa..ternyata cuma seharga uang recehan...sungguh murahan...
peluru..pentungan dan parang..adalah alat mutakhir untuk tuntaskan persoalan...
darah dan nyawa bukan lagi milik paling berharga...
..demi harga diri. kami rela mati..begitu rakyat memelintir akal sehatnya...
...demi tugas, demi periuk nasi..kami harus bunuh nurani kami sendiri, begitulah para petugas meyakini diri.

Dan tak cuma siang ini...kemaren-kemaren juga begitu....
bayangkan....
Cuma soal belis...Cuma merasa tersinggung, Cuma dijanjiin akan diberikanan seorang  gadis untuk dinikahi...ia pun rela membunuh....
Cuma soal tatapan mata….anak sekolah marah sampai berdarah-darah..
Cuma soal cinta monyet…anak gadis berseragam bercakaran sampai pipinya lecet..
Cuma soal SMS nyasar.. suami tega mengabisi istri dengan membakar…
Apakah ini tersebab, di telivisi Mata Pelajaran Marah sudah seperti menjadi PR harian….?
Ataukan karena, Sinetron bukan saja mengajarkan Bagaimana Cara Bermimpi….tetapi juga terang-terangan menunjukkan langkah-langkah ; Bagaimana Cara Bertengkar…?
Reality Show bukan cuma mempertontonkan bagaimana ragam kekisruhan rumah tangga di negeri ini, tapi juga mengajarkan bagaimana Cara Memancing Amarah agar tumpah meluah….
Ataukah memang negeriku ini tengah terpuruk dalam putaran roda kejahiliyahan…?
Bersahabat dengan setan,
memuja kemarahan,
lalu menganggap bahwa membuncahkan amarah adalah jalan keutamaan..?

Terus terang….
Semula kukira yang suka marah hanyalah orang-orang yang akal sehatnya lagi goyah..
Semula kuduga yang gemar marah hanyalah kebodohan dan ketakberdayaan…
Semula kusangka yang marah itu hanyalah ‘para sampah…’


Ah, ternyata aku salah duga….
Hari ini rupanya marah yang tumpah sudah menjadi begitu lumrah…
Tengoklah reality politik bangsa ini di televisi…
Bapak-bapak YTH saja , yang berdasi dan bersafari bisa menyulap Kantor Dewan menjadi ring tinju untuk berkelahi….
Bagaimana kita kan menonggokan harkat mereka sebagai Negarawan.... sedangkan untuk bertukar pikiran saja mereka harus bertengkar dengan gaya bahasa dan ekspresi seperti 'hewan'..??

Ingin rasanya...
agak sesekali .....
dengan setulus hati kita memuja mereka sebagai tokoh panutan yang bertaraf sebagai insan budiman....
tapi ulah meraka sendiri yang marah-marahan di gedung Dewan membuat mereka terpuruk sendiri ke lembah kehinaan....
Dan Mahasiswapun berkoar 'atas nama rakyat'..
persetan intelektual...
ayo singsingkan lengan bajuuu..
kepalkan tinjuuuu.....
lemparkan batuuuuu.....
aah,mahasiswa negerikuuu...

Kalau memang amarah yang membuncah sudah mengalir dalam darah daging segenap penghuni anak negeri ini.....Kalau memang amarah yang meluah adalah cara terbijak untuk memecah sebongkah masalah diri ini....Aahh,..kebanggaan sebentuk apalagi yang bisa kita ceritakan pada anak cucu kita nanti…?

Semakin hari...semakin susah untuk membuktikan : bahwa inilah negeri dengan penghuni yang baik budi...kecuali sebuah kenyataan, bahwa di negeri para pemarah ini...darah dan nyawa memang sudah tak ada harganya lagi...!

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Flag Counter

Featured Post 3

Recent Posts

Unordered List

Pages

Theme Support