Pada ajang El Tari Memorial Cup (ETMC) 2017 ini hanya diikuti 19 kabupaten dari 22 kabupaten/ kota di NTT. Tiga kabupaten yang tidak ikut El Tari Cup yakni Timor Tengah Utara, Sabu Raijua dan Kabupaten Kupang.
Pertadingan turnamen sepakbola tertua dan menjadi ajang sepakbola paling bergengsi di NTT tersebut dilaksanakan malam hari karena Stadion Marilonga sudah dipasangi lampu penerangan pada area lapangan pertandingan. Perhelatan akbar Eltari Memorial Cup yang untuk tahun 2017 berpusat di Stadiun Marilonga Ende ini mendapat sambutan meriah dari seluruh warga NTT. Tak ketinggalan warga Lembata, gaung sepak bola ETMC itu bergema hingga ke pelosok desa.
18 kabupaten daari 19 Kabupaten yang berpartisipasi dalam turnaman ETMC 2017 ini datang dengan kepercayaan diri yang tinggi. Mereka datang dengan dukungan pemerintah daerah. Mereka datang dengan pelepasan adat bak prajurit yang dilepas menuju medan pertempuran. Dilepas menuju medan pertempuran dengan tabuhan gong dan rebana dan tiupan sangkakala. Setibanya di kota pancasila mereka diberikan tempat penginapan layak. Semua pelayanan istimewah ini karena mereka menjaga marwah dan martabat daerah mereka.
Itu mereka. Tapi jangan sekali – sekali kalian tanyakan perlakuan istimewah dari Pemda Lembata untuk tim Persebata yang berlaga di ETMC. Kami dari Lembata mah bisa apa? Kami berbeda dengan kabupaten lain. Kami, Persatuan Sepak Bola Lembata (Persebata) sebagai salah satu tim yang ikut berlaga di Stadiun Marilonga Ende ini berangkat hanya bermodalkan semangat pemain dan seluruh team pendukung.
Para pemain Persebata Lembata terpaksa tidur di lantai beralaskan kasur dan karpet di rumah warga. Kostum pake pinjam bro. Namun satu hal yang penulis kagum adalah semangat dari para pemain. Mereka tidak patah semangat dan tidak menyurutkan semangat bertanding mereka dalam ajang Liga 3 El Tari Memorial Cup 2017 di Kota Ende. Dengan segala keterbatasan yang ada justru memicu semangat mereka untuk memberikan yang terbaik bagi Kabupaten Lembata. Mereka mengubur dalam – dalam rasa malu dan sikap egois hanya untuk membawa nama baik Kabupaten Lembata, meskipun mereka diabaikan oleh Pemda Kabupaten Lembata.
Kita bersyukur bahwa masih banyak orang yang peduli terhadap tim Persebata, ketika Pemkab Lembata lagi buta dan tuli. Kita bersyukur paguyuban Lembata yang ada di Ende masih bersedia mengurus tim Persebata meskipun harus tidur di lantai dengan kondisi apa adanya. Kita bersyukur masih ada dukungan warga Lembata melalui gerakan koin peduli.
Lalu dimana pemerintahnya? Ow pemerintah kami lagi sibuk urus proyek karena ada feenya. Hitung – hitung bisa kembalikan biaya pemilukada barusan. Pemerintah kami lagi sibuk urus show ke pelosok – pelosok, pelesiran kemana – mana karena ada uang jalan. Hebatkan pemerintah kami? Pemerintah kami lagi sibuk urus otak-atik jabatan, persiapan mutasi terhadap lawan politiknya di pilkada lalu. Lembata le kau lawan?
Tetapi pemerintah kami hebat loh! Walau tak memperhatikan tim Persebata yang berlaga di ETMC, tetapi dimulut mereka bicara soal penggalian bakat olahraga khususnya sepak bola. Buktinya Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur bersama Wakil Bupati Thomas Ola Langoday sekarang mewajibkan semua kecamatan untuk menggelar Gala Desa. Gala desa ini dikhususkan untuk pertandingan sepak bola antar desa dalam kecamatan. Kegiatan Gala Desa ini dimaksudkan untuk menggali bakat olahraga khususnya sepak bola sekaligus sebagai wahana meningkatkan persaudaraan dan persatuan antar desa. Lalu kontribusi Pemkab terhadap kegiatan ini? Nol kaboak pembaca. Mereka membebankan segala pembiayaan liga desa ini ke pemerintah desa lewat alokasi dana desa.
Woow pemerintah kami hebat. Memanfaatkan pemerintah desa untuk menggolkan program mereka “Satu Lembata, Satu NTT, Satu Indonesia” yang salah satu itemnya soal penggalian bakat olahraga. Sangat miris dan kontradiktif ketika Bupati dan wakilnya mempunyai mimpi bahwa ke depannya Lembata harus memilki tim sepak bola yang kuat. Mimpi bahwa Lembata harus punya tim sepak bola tangguh yang minimal mampu bersaing di tingkat regional dan nasional tetapi wujud konkritnya tidak ada. Gerakan real untuk mewujudkan mimpi itu tidak ada. Sederhananya bisa dilihat ketika Pemkab tidak memberikan sumbangsih kepada tim Persebata yang berlaga di ETMC, ketika membebankan semua anggaran Gala Desa dari pemerintah desa, lalu wujud dukungan Pemkab dimana? Jangan sampai ini cuma khayalan. Ini membuktikan ketidakjujuran Pemkab. Sebab pemimpin yang tidak jujur bila beda yang diucapkan, beda pula yang dilakukan. Inilah yang terjadi di Lembata. Berbicara soal membangun tim sepak bola Lembata yang hebat namun sumbangsih dan dukungan dana pembinaan dari pemda tidak ada, lalu kapan mimpi itu terwujud?
Akhirnya, Maju terus PERSEBATA. Kalian telah membuktikan bahwa jiwa kalian seperti pemburu paus yang tak pernah takut akan badai dan gelombang. Jadilah pemburu sejati yang mampu menakulkan lawan – lawanmu dengan semangat sportifitas. Doa dan dukungan dari Masyarkat Lembata selalu menyertai kalian. Dan buat Pemkab Lembata, seluruh setuli-tulinya telinga kami, kami masyarakat Lembata, namun masih ada kedua bola mata kami untuk bisa melihat apa yang sesungguhnya terjadi pada kondisi tim Persebata yang berlaga di ETMC sehingga tergerak untuk membantu. Apalagi kamu di sana yang duduk di kursi empuk, menikmati fasilitas mewah, makan dan minum dari uang rakyat, tetapi tidak pernah peduli dengan kondisi masyarakat, tidak pernah peduli dengan anak tanah yang berjuang membawah nama daerah. Dimanakah hati nuranimu?
0 komentar:
Posting Komentar