Post views: counter

Senin, 28 Januari 2013

Happy Anniversary AMMAPAI ( “Cermin” Kado 30 Tahun Ammapai)


Refleksi
Happy Anniversary AMMAPAI
( “Cermin” Kado 30 Tahun Ammapai) 
Oleh  : Lambertus Halimaking
(Ketua Umum AMMAPAI Periode 2011/2012)



Masa lalu adalah kenangan, masa kini adalah realita dan masa depan adalah harapan dan cita, dan kuncinya adalah hari ini sebagai jawaban atas realita. Bentangan arus waktu terus mengalir dan terangkai selaksa cerita di dalam balutan album kenangan di hari kemarin. Namun, realitas hari ini mengajak kita untuk menatap kilas balik sebuah perjalanan untuk  menjadikan hari esok sebagai sebuah kenyataan.
Waktu memang melaju cepat menyusuri pantai kehidupan. Dan tanpa kita sadari kini 30 tahun sudah kebersamaan kita teranyam dalam pahatan nama AMMAPAI.  30 tahun berkiprah sebagai wadah pembinaan atau pengkaderan, AMMAPAI telah begitu banyak melahirkan kader – kader  yang berkompeten dibidangnya masing – masing. Sebagian menjadi abdi negara yang tersebar dibirokrasi kabupaten maupun provinsi, sebagian memilih menjadi politisi dan tidak sedikit memilih untuk berwirusaha.
Usia 30 tahun adalah usia yang cukup matang bagi sebuah wadah pembinaan atau pengkaderan. Eksistensi AMMAPAI yang telah berada pada usia ini menjadi kekuatan yang memberi kepastian bahwa AMMAPAI akan tetap ada dan akan tetap berkiprah di persada nusa cendana. Jauhnya perjalanan sejak 30 tahun yang lalu, telah menorehkan banyak kisah. Suka dan duka, pahit dan manis, gelap dan terang mewarnai perjalanan ini dengan jalinan rasa kekeluargaan dan rajutan persaudaraan.
Kini tibalah giliran kita sebagai tulang punggung organisasi ini melanjutkan estafet kepemimpinan mengibarkan bendera AMMAPAI di persada nusa cendana ini. Tak perlu bertepuk dada dengan nostalgia dengan keberhasilan para pendahulu kita, dengan berbagai prestasi yang terukir, namun bentangan sejarah keberhasilan masa lalu merupakan cambuk bagi kita generasi sekarang yang memberikan spirit dalam meraih cita – cita. Dengan berbagai keterbatasan para pendahulu berhasil menghantar AMMAPAI pada titik yang boleh dikatakan sukses. Dapatkah kita sebagai tulang punggung AMMAPAI meneruskan atau mewarisi nafas dan semangat para pendahulu kita?
Tidak bisa dipungkiri beberapa tahun belakangan ini terasa adanya suatu kemunduran yang cukup signifikan di dalam tubuh organisasi ini. Para anggota malas atau jarang datang dan berdiskusi.  Sekretariat yang sering di sapa “Lango Bruin” semakin terlupakan oleh  putra – putri yang dikandungnnya. Salah siapa ?
Menjadi sangatlah tidak relevan jika apabila AMMAPAI sebagai wadah persemaian kader – kader bangsa dan lewotanah saat ini boleh dibilang satgnan, jika perkembangan AMMAPAI saat ini mengalami kemunduran dan dan tidak mengalami perubahan yang signifikan yang bisa memberi warna adanya kemajuan dari titik peradaban yang lebih rendah menuju peradaban yang lebih maju, layakah AMMAPAI sebagai tempat persemaian kader? Karena hakekat sebuah peradaban adalah perubahan. Dan bagi kita yang saat ini sedang melanjutkan estafe kepemimpinan melanjutkan estafet kepemimpinan menjalankan roda organisasi, dimanakah eksistensi kita sebagi orang yang bertanggungjawab atas perjalanan organisasi, dimanakah peran kita sebagai kader bangsa dan lewotanah? Inikah wajah – wajah kita sebagai orang yang bertanggung jwab atas perjalanan  organisasi? Inikah wajah – wajah kita yang adalah manusia beradab? Kita ibarat kerakap diatas cadas, hidup enggan mati tak mau. Sungguh ironis memang menghadapi kenyaataan ini.
Dan sebuah pertanyaan reflektif yang menantang kita di usia AMMAPAI yang ke 30 ini, mampukah kita membuat perubahan yang lebih baik dari hari ini dan kemarin? Jika kita mampu menerima tantangan ini sebagai suatu tanggung jawab maka komitmen yang teguh  akan menjadi bagian dalam diri kita anak – anak Ile Ape untuk tetap setia dalam membangun AMMAPAI pada hari – hari ke depan. Tantangan ini akan terjawab dalam suatu catatan kesimpulan yang baik apabila kita membangun komitmen dalam mengoptimalisasikan peran dalam diri setiap kader.
Peran kader itu akan menjadi sangat seimbang dengan apa yang disebut beban tanggungjawab ini akan menjadi keberhasilan yang akan menorehkan sejarah perhimpunan ini jika kita semua mempunyai komitmen yang sama untuk membawa AMMAPAI dalam meniti perjalanan tiga puluh tahunnya menjadi lebih mandiri dalam kedewasaannya. Maju mundurnya Ammapai tergantung sejauh mana kita memfungsikan peran kita masing – masing. Tanggung  jawab kita dalam proses pembinaan terukur pula sejauh kita    menjalankan peran itu. Sadar akan peran yang melekat yang dipercayakan terhadap kita maka kita akan mampu menggerakan peran itu secara lebih terarah. Bila kesadaran itu ada pada tiap kita, maka urugensi AMMAPAI sebagai wadah pembinaan dan pengkaderan tidak mengalami kemerosotan.
Akhirnya, semoga  di usia AMMAPAI yang ke 30 ini, kita sebagai bagian dari AMMAPAI, yang pernah ada berada dalam satu rahim yang sama, baik sebagai pendahulu maupun sebagai pewaris, terus dan senatiasa saling mendukung, melengkapi, menasihati , menghargai dan menghormati satu sama lain demi terwujudnya barisan kader yang kuat dan militan, penuh semangat kekeluargaan, intelktualitas dan moralitas sehingga bisa berguns untuk bangsa dan lewotana.
Impian dan cita – cita ini dapat tercapai apabila kita senantiasa berbisik kepada satu dengan yang lain... “Du Bist Ein Stük Von Mir” (Engkau adalah sepotong dari diriku) sebab kita semua berasal dari satu rahim yaitu AMMAPAI.*

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Flag Counter

Featured Post 3

Recent Posts

Unordered List

Pages

Theme Support