Refleksi
Happy
Anniversary AMMAPAI
(
“Cermin” Kado 30 Tahun Ammapai)
Oleh : Lambertus Halimaking
(Ketua Umum AMMAPAI Periode 2011/2012)
Oleh : Lambertus Halimaking
(Ketua Umum AMMAPAI Periode 2011/2012)
Masa lalu adalah kenangan, masa kini
adalah realita dan masa depan adalah harapan dan cita, dan kuncinya adalah hari
ini sebagai jawaban atas realita. Bentangan arus waktu terus mengalir dan
terangkai selaksa cerita di dalam balutan album kenangan di hari kemarin.
Namun, realitas hari ini mengajak kita untuk menatap kilas balik sebuah
perjalanan untuk menjadikan hari esok
sebagai sebuah kenyataan.
Waktu memang melaju cepat menyusuri
pantai kehidupan. Dan tanpa kita sadari kini 30 tahun sudah kebersamaan kita
teranyam dalam pahatan nama AMMAPAI. 30
tahun berkiprah sebagai wadah pembinaan atau pengkaderan, AMMAPAI telah begitu
banyak melahirkan kader – kader yang
berkompeten dibidangnya masing – masing. Sebagian menjadi abdi negara yang
tersebar dibirokrasi kabupaten maupun provinsi, sebagian memilih menjadi
politisi dan tidak sedikit memilih untuk berwirusaha.
Usia 30 tahun adalah usia yang cukup
matang bagi sebuah wadah pembinaan atau pengkaderan. Eksistensi AMMAPAI yang
telah berada pada usia ini menjadi kekuatan yang memberi kepastian bahwa
AMMAPAI akan tetap ada dan akan tetap berkiprah di persada nusa cendana. Jauhnya
perjalanan sejak 30 tahun yang lalu, telah menorehkan banyak kisah. Suka dan
duka, pahit dan manis, gelap dan terang mewarnai perjalanan ini dengan jalinan
rasa kekeluargaan dan rajutan persaudaraan.
Kini tibalah giliran kita sebagai tulang
punggung organisasi ini melanjutkan estafet kepemimpinan mengibarkan bendera
AMMAPAI di persada nusa cendana ini. Tak perlu bertepuk dada dengan nostalgia
dengan keberhasilan para pendahulu kita, dengan berbagai prestasi yang terukir,
namun bentangan sejarah keberhasilan masa lalu merupakan cambuk bagi kita
generasi sekarang yang memberikan spirit dalam meraih cita – cita. Dengan
berbagai keterbatasan para pendahulu berhasil menghantar AMMAPAI pada titik
yang boleh dikatakan sukses. Dapatkah kita sebagai tulang punggung AMMAPAI
meneruskan atau mewarisi nafas dan semangat para pendahulu kita?
Tidak bisa dipungkiri beberapa tahun
belakangan ini terasa adanya suatu kemunduran yang cukup signifikan di dalam
tubuh organisasi ini. Para anggota malas atau jarang datang dan berdiskusi. Sekretariat yang sering di sapa “Lango Bruin”
semakin terlupakan oleh putra – putri
yang dikandungnnya. Salah siapa ?
Menjadi sangatlah tidak relevan jika
apabila AMMAPAI sebagai wadah persemaian kader – kader bangsa dan lewotanah
saat ini boleh dibilang satgnan, jika perkembangan AMMAPAI saat ini mengalami
kemunduran dan dan tidak mengalami perubahan yang signifikan yang bisa memberi
warna adanya kemajuan dari titik peradaban yang lebih rendah menuju peradaban
yang lebih maju, layakah AMMAPAI sebagai tempat persemaian kader? Karena
hakekat sebuah peradaban adalah perubahan. Dan bagi kita yang saat ini sedang
melanjutkan estafe kepemimpinan melanjutkan estafet kepemimpinan menjalankan
roda organisasi, dimanakah eksistensi kita sebagi orang yang bertanggungjawab
atas perjalanan organisasi, dimanakah peran kita sebagai kader bangsa dan
lewotanah? Inikah wajah – wajah kita sebagai orang yang bertanggung jwab atas
perjalanan organisasi? Inikah wajah –
wajah kita yang adalah manusia beradab? Kita ibarat kerakap diatas cadas, hidup
enggan mati tak mau. Sungguh ironis memang menghadapi kenyaataan ini.
Dan sebuah pertanyaan reflektif yang
menantang kita di usia AMMAPAI yang ke 30 ini, mampukah kita membuat perubahan
yang lebih baik dari hari ini dan kemarin? Jika kita mampu menerima tantangan
ini sebagai suatu tanggung jawab maka komitmen yang teguh akan menjadi bagian dalam diri kita anak –
anak Ile Ape untuk tetap setia dalam membangun AMMAPAI pada hari – hari ke depan.
Tantangan ini akan terjawab dalam suatu catatan kesimpulan yang baik apabila
kita membangun komitmen dalam mengoptimalisasikan peran dalam diri setiap
kader.
Peran kader itu akan menjadi sangat seimbang
dengan apa yang disebut beban tanggungjawab ini akan menjadi keberhasilan yang
akan menorehkan sejarah perhimpunan ini jika kita semua mempunyai komitmen yang
sama untuk membawa AMMAPAI dalam meniti perjalanan tiga puluh tahunnya menjadi
lebih mandiri dalam kedewasaannya. Maju mundurnya Ammapai tergantung sejauh mana
kita memfungsikan peran kita masing – masing. Tanggung jawab kita dalam proses pembinaan terukur
pula sejauh kita menjalankan peran
itu. Sadar akan peran yang melekat yang dipercayakan terhadap kita maka kita
akan mampu menggerakan peran itu secara lebih terarah. Bila kesadaran itu ada
pada tiap kita, maka urugensi AMMAPAI sebagai wadah pembinaan dan pengkaderan
tidak mengalami kemerosotan.
Akhirnya, semoga di usia AMMAPAI yang ke 30 ini, kita sebagai
bagian dari AMMAPAI, yang pernah ada berada dalam satu rahim yang sama, baik
sebagai pendahulu maupun sebagai pewaris, terus dan senatiasa saling mendukung,
melengkapi, menasihati , menghargai dan menghormati satu sama lain demi terwujudnya
barisan kader yang kuat dan militan, penuh semangat kekeluargaan,
intelktualitas dan moralitas sehingga bisa berguns untuk bangsa dan lewotana.
Impian dan cita – cita ini dapat
tercapai apabila kita senantiasa berbisik kepada satu dengan yang lain... “Du
Bist Ein Stük
Von Mir” (Engkau adalah sepotong dari diriku) sebab kita semua berasal dari
satu rahim yaitu AMMAPAI.*
0 komentar:
Posting Komentar