UJUNG SEPTEMBER ‘’09,
MEMBAWA PERUBAHAN DALAM HIDUPKU
MEMBAWA PERUBAHAN DALAM HIDUPKU
Oleh: Abdul Basir Langoday
Tak ada namanya kebetulan.
Dan apa yang kita ketahui sebagai sekedar kebetulan,
sebenarnya muncul dari sumber takdir yang terdalam...
Kutulis cerita ini, tatkala malam mulai
hening dan kesepian merasuk diantara batas penantian yang kian merisaukan dan
kenangan manis yag terukir di setiap perkenalan, membingkai harapan kepada
cinta dan tentang cinta; refleksi kemerdekaan cinta yang tersemai.
Namaku Abdul Basirun Lela Langoday (ABL), anak terakhir dari empat
bersaudara. Lahir di sebuah nusa kecil yaitu Lomblen namanya, yang kemudian menjadi Kabupaten
Lembata sesuai dengan tuntutan administrasi.
Kakak sulungku hanya memiliki Ijazah SD. Ia merasa cukup dengan ijazah
tersebut karena memaklumi kondisi ekonomi keluarga kami waktu itu. Mungkin juga
ia merasa iba melihat susah - payahnya ibu sendirian bekerja tuk menopang hidup yang ditinggalkan sang Ayah sudah bertahun-tahun tidak
memberi kabar seperginya ke perantauan. Bekerjalah ia untuk membantu ibu. Sedangkan
kakak kedua dan ketiga berhasil meraih ijazah dengan satu jenjang diatas kakak
pertamaku, yaitu SMP.
Bermodalkan ijazah SD dan SMP tentu belum menjanjikan pekerjaan
yang layak untuk mereka. Pemandangan yang tidak asing lagi untuk keadaan di
sekelilingku ketika bertani & buruh bangunan menjadi suatu alternatif sumber penghasilan untuk
orang-orang yang senasib seperti saudara-saudaraku itu. Hasilnya pun tidak
mencukupi dalam kehidupan sehari – hari, sebulan apalagi untuk bertahun.
Keadaan seperti inilah yang membangunkan aku, dari ketidakadaan untuk merubah
semuanya itu!. “Aku tak mau seperti itu. Ya, aku harus terus menuntut ilmu
& mengejar harapanku sampai sarjana".
Di akhir Mei 2009, ku melangkahkan kaki ke pulau seberang. Di pulau
itulah Kota yang ku tuju berada. Kupang alias Kota Karang, begitulah sapaan manisnya. Sampai di Kota Karang, Aku
mencoba ikut ujian tes masuk di salah satu perguruan tinggi. Dengan doa dan
dukungan dari orang tua & restu leluhur lewotanah akhirnya aku di terima di
perguruan tinggi tersebut. Tepatnya di Fakultas Peternakan, Universitas Nusa
Cendana.
Bulan pertama masuk kuliah tempat rutinitas keseharian saya hanya
kampus – kost, kost - kampus. “Ahhhh, kehidupan hanya di kampus dan kost
lalu kapan karakter ku ini bisa berubah??. Gumam ku dalam sebuah lamunan.
“Untuk
membawa perubahan di hari esok, apakah hanya ijazah yang cukup??. “Apakah semua
ini cukup untuk modal di hari esok??. Pertanyaan ini yang kerap buatku
bingung, harus berbuat apa. Semakin di pikir justru buatku semakin panik.
Tak lama kemudian bertamulah seorang pria ke kamar kost ku,
membagikan sehelai kertas dengan tulisan di bagian kopnya “Panitia Pelaksanaan Penerimaan Anggota Baru (MPAB) Dan Latihan
Kepemimpinan Tingkat Dasar (LKTD)” Angkatan Mudah Mahasiswa Asal Ile Ape (AMMAPAI)-Kupang.
Aku mulai terbangun dan terbisik dari hati untuk bergabung di
dalamnya. Mungkin di dalam sana bisa membina mental dan merubah pola pikir yang
kreatif dalam menghadapi tantangan zaman global seperti saat ini.
Sering ku bergaul dengan anak-anak jalanan dan bertanya; berbuat
apa supaya kita bisa dikenal dan membawa perubahan dalam hidup?? Sebagian
besar dari mereka menjawab, kalau mau berubah harus banyak bergaul. Jadi,
pergaulan itu swendiri seperti apa?.
Kembali kekamar kostku, dan ku termenung lagi. Pergaulan seorang
mahasiswa itu sendiri seperti apa?? Akirnya kutemukan jawabanya yaitu pergaulan
di dalam kampus dan di luar kampus. Di luar kampus sepeti membina diri di
organisasi. Aku mulai langkakan kaki, ketempat pendaftaran sesuai yang tertulis
di dalam kertas yang ku terima waktu itu. Di Jalan Perintis Kemerdekaan No.XI
Walikota Baru Kupang, disitulah Lango Beruin berada. “Lango beruin”, nama
itulah yang selalu kami sebut sebagai panggilan untuk sekretariat tersebut.
Tempat berbagi suka – duka untuk mereka yang menuntut ilmu di Kota Kupang.
Penghujung september 2009, kegiatan penerimaan pun di mulai yang
bertepat di Gedung Kuwarda Provinsi NTT, dengan jumlah peserta 16. Kami di bina,
di didik selama 1 minggu. Waktunya begtu singkat , tapi sangat berarti bagi
kami semua pesrta. Karena cuman 1 minggu,tapi mental dan pola pikir kami
berubah sangat begtu derastis. Itulah kebangganku tersendiri bergabung bersama
AMMAPAI.
Satu kejadian yang ku rasakan pada saat kegiatan yaitu pada hari
terakhir, saat-saatku di lahirkan dari tubuh AMMAPAI. Renungan begitu mendalam,
sampai aku pun tak sadarkan diri, semua panitia kepanikan melihat aku yang
tertidur kaku. Ini semua terjadi karena didikan, arahan kakak-kakak senior
selama seminggu, yang mengingatkanku saat pertama kali aku keluar dari rumah
dengan mendengar bisikan dari Ayah & Ibuku yang mengatakan dengan bahasa
lamaholot:
“ Ama, pana mai seba buku
biliken teratu, pena matan pulupito,mai tulis tedo basa dore, mo buku lepan
jawan nong pena ih’in sinan ti tutu k’loho maring teka. Pile pupul koda sinan,
lau kupang tana karang, anin gahan kiring jawan weli Timor tana susa, ti balik
mang gelekat lewo, tuen mang gewayan tana, lewo nimun Lepan Bata,tana nawan Ile Ape. Mo tobo doan
ata tana, tobo mian’no kenato, mo pae lela ata tana pae wenger no’on nenaw,
tekan tabe ukut bage weli piring matan sinan, tenu tabe lobong luang weli makok
tukan jawan”.
Ungkapkan isi hati dari orang tuaku bahwa keputusan yang di ambil untuk
menuntut ilmu harus dijalani sampai tuntas dan harus tetap semangat agar kelak
bisa kembali tuk mengabdi di lewotana Lembata pada umumnya dan Ile Ape pada
khususnya.
“Walaupun Ayah dan Ibumu tidak punya apa-apa, tapi dengan ketidakpunyaan
itulah maka kamu haruslah mencari apa yang ada di dalam ketidakpunyaan itu”.
Termotifasi
dari renungan di bawakan dari kakak-kakak senior inilah yang mengingatkanku akan
petuah orang tua. Tetap semangat dalam berorganisasi dan fokus dalam
perkuliahan untuk menggapi impian orang tuaku yaitu mencapai sarjana.
Banyak pandangan dari orang tua bahwa bergabung di organisasi akan
menghambat perkuliahan. Pemahaman ini memang benar adanya, tetapi sesuai
pengelaman saya mahasiswa yang berorganisasi tidak akan gagal dalam
perkuliahan. Karena di organisasi tidak diajarkan seorang mahasiswa untuk tidak
melakukan tugas pokoknya, tapi justru berorganisasi dapat mendorong kita untuk
melakukan aktivitas yang lebih utama. Tulang punggung bangsa, yang bisa membawa
perubahan yang lebih baik di hari esok yaitu orang yang biasa di sebut aktivis.
Tanpa aktivis, masyarakat kecil tetap menderita. Karena fungsi dari aktivis
adalah pelindung dan pembela masyrakat.
0 komentar:
Posting Komentar