Post views: counter

Minggu, 09 Juli 2017

Pendekar Tongkat Emas Dari Pulau Sumba



Keindahan pulau Sumba di Nusa Tenggar Timur membuat semua orang jatuh cintah. Sastrawan, Artis, hingga sutradara beken pun tergoda dengan keindahan pulau sejuta kuda ini. Mereka mengekspresikan keindahan pulau Sumba lewat berbagai bentuk, lewat puisi maupun melalui film.

Sastrawan Indonesia, Taufik Ismail pun menggambarkan keindahan dari alam Sumba yang begitu berkesan lewat Sebuah Puisi Beri Daku Sumba.

Berikut puisi Taufik Ismail puisi “Beri Daku Sumba”

Beri Daku Sumba

di Uzbekistan, ada padang terbuka dan berdebu
aneh, aku jadi ingat pada Umbu

Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka
Di mana matahari membusur api di atas sana
Rinduku pada Sumba adalah rindu peternak perjaka
Bilamana peluh dan tenaga tanpa dihitung harga


Tanah rumput, topi rumput dan jerami bekas rumput
Kleneng genta, ringkik kuda dan teriakan gembala
Berdirilah di pesisir, matahari ‘kan terbit dari laut
Dan angin zat asam panas dikipas dari sana

Beri daku sepotong daging bakar, lenguh kerbau dan sapi malam hari
Beri daku sepucuk gitar, bossa nova dan tiga ekor kuda
Beri daku cuaca tropika, kering tanpa hujan ratusan hari
Beri daku ranah tanpa pagar, luas tak terkata, namanya Sumba

Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda
Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh
Sementara langit bagai kain tenunan tangan, gelap coklat tua
Dan bola api, merah padam, membenam di ufuk teduh



Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka
Di mana matahari bagai bola api, cuaca kering dan ternak melenguh
Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda
Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh.

Begitulah isi puisi Taufik Ismail menggambarkan alam Sumba yang masih perawan hanya berdasarkan cerita
Umbu. Tapi semua realita yang ada di Sumba tergambarkan dalam bait-bait puisinya. Cerita yang mengalir dari mulut Umbu bisa diterjemahkan dalam rangkaian kata-kata nan indah.

Keindahan pulau Sumba ini juga membuat Sutradara dan Produser beken, Ifa Isfansyah, Mira Lesmana dan Riri Riza menjadikan tanah Sumba sebagai lokasi shoting Film Pendekar Tongkat Emas yang pada dirilis pada 18 Desember 2014 lalu.

Mengambil latar belakang tentang kisah dunia persilatan pada zaman kolosal, film yang mengambil lokasi syuting di daerah Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur ini mengangkat dan mengeksplorasi berbagai nilai kehidupan seperti pengkhianatan, kesetiaan, dan juga ambisi.

Film garapan rumah produksi milik Mira Lesmana dan Kompas Gramedia ini mendepak beberapa nama besar dalam jajaran film nasional seperti Christine Hakim, Slamet Rahardjo, Nicholas Saputra dan Reza Rahardian. Di dukung pula dengan beberapa nama baru yang menjanjikan bagi dunia film Tanah Air seperti Eva Celia, Tara Basro dan juga Aria Kusumah.

Berawal dari kisah pengkhianatan yang dilakukan oleh Biru (Reza Rahardian) dan juga Gerhana (Tara Basro) yang tidak terima saat sang guru Cempaka (Christine Hakim) mewariskan tongkat emas milik perguruan silat Tongkat Emas kepada Dara (Eva Celia). Cempaka membawa Dara dan Angin (Aria Kusumah) pergi untuk mewariskan ilmu terakhir milik perguruan tersebut. Sayangnya, ia akhirnya dibunuh oleh kedua muridnya Biru dan Gerhana sebelum ilmu tersebut sempat ia turunkan. Tongkat kebesaran perguruan akhirnya jatuh ke tangan yang salah, dan kekacauan pun terjadi di dunia persilatan.

Berbicara mengenai para pemain secara keseluruhan, tidak diragukan lagi kemampuan akting para pemainnya, totalitas semua pemain sangat terasa dalam film ini. Namun, ada satu karakter yang cukup menyita perhatian saya. Adalah, tokoh Langit yang diperankan oleh Aria Kusumah. Tokoh pendekar kecil yang irit bicara namun hadir sebagai tokoh yang disegani dalam cerita ini. Tokoh Langit mengajarkan tentang nilai kesetiaan, keberanian dan juga tanggung jawab yang harus ada dalam menjalani kehidupan. Saat dimana ia lebih mendahulukan keselamatan orang lain dibanding keselamatan diri sendiri, satu hal yang sungguh jarang bisa dilakukan oleh orang banyak.

Entah ide dari siapa, namun film yang disutradarai oleh Ifa Isfansyah ini jelas sukses menghadirkan pesona alam Sumba Timur yang didominasi oleh langit biru dan juga hamparan rumput yang luas. Belum lagi pantai dan juga pemandangan tebing curam yang ada di sana. Juaranya ada saat scene matahari terbenam yang terlihat sangat indah, well I'll be so happy if I able to see that kind of sunset every single day. Alam perawan yang sangat indah, lokasi yang juga saya yakini akan segera menjadi salah satu destinasi favorit wisata dalam waktu dekat ini.

Tidak hanya para pemain dan juga sutradara serta penulis naskah, hasil kerja seluruh tim produksi dalam film ini patut mendapatkan acungan jempol. Semua detail mulai dari kostum para pemain, tata rias dan rambut serta properti di lokasi tampak di kerjakan dengan sepenuh hati. Unsur-unsur kedaerahan tempat dimana syuting tersebut dilakukan pun diangkat kedalamnya. Perhatikan detail tenun khas Sumba yang melekat di setiap kostum para pemain, tenda-tenda yang didirikan saat penduduk desa harus pindah dari rumah mereka menjadikan film ini menjadi indah.

Diolah dari berbagai sumber
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Flag Counter

Featured Post 3

Recent Posts

Unordered List

Pages

Theme Support