Post views: counter

Minggu, 09 Juli 2017

KISAH NIKOLAS SAPUTRA SAAT SYUTING FILM PENDEKAR TONGKAT EMAS DI PULAU SUMBA


Kemistri Rangga atau Nicholas Saputra dan Cinta(Dian Sastrowardoyo) dalam film Ada Apa Dengan Cinta ternyata terbawah sampai dunia nyata. Salah satu contohnya ternyata Rangga dan Cinta sama – sama menyukai pulau Sumba.

Nicholas Saputra yang melejit lewat film Ada Apa Dengan Cinta? ini mengaku kagum pada eksotiknya Pulau Sumba dan sekitarnya. Yuk simak kisah Nicholas Saputra saat syuting film Pendekar Tongkat Emas selama tiga bulan di Pulau Sumba, Nusa Tenggara

Selama tiga bulan yaitu dari bulan Juni hingga September, aku melakukan syuting film Pendekar Tongkat Emas di Pulau Sumba, Nusa Tenggara. Aku memanfaatkan kesempatan berada di wilayah kepulauan itu untuk jalan-jalan.

“Kebetulan hobi saya memang travelling. Jadi selain syuting di Pulau Sumba, saya juga travelling ke beberapa pulau-pulau yang ada di Nusa Tenggara, baik Nusa Tenggara Barat maupun Nusa Tenggara Timur,” ujarnya.

Pulau Sumba merupakan pulau yang eksotik. Padang rumput yang luas, bukit-bukit, dan pantai yang indah. Udara di Pulau Sumba memang panas. Tetapi buat orang yang menyukai travelling seperti aku, tantangan itu terbayarkan dengan eksotiknya pemandangan alam di Pulau Sumba.

Dari atas bukit, aku bisa memandang laut yang biru. Berbeda sekali pemandangan di Pulau Sumba dengan di Jakarta, yang banyak bangunan tinggi. Di Pulau Sumba, masih banyak rumah-rumah penduduk yang terbuat dari kayu dan atapnya terbuat dari alang-alang yang banyak tumbuh di sana.


Banyaknya padang rumput membuat pulau itu memiliki kuda yang khas, yang disebut kuda Sandalwood Pony. Kudanya itu mungil, tetapi kuat. Kuda-kuda itu sampai sekarang masih dilestarikan dan dimanfaatkan oleh penduduk untuk acara-acara adat.

Di sana ada budaya Pasola, yaitu budaya menjelang musim panen. Saat itu diadakan lomba menunggang kuda antar kampung. Dari atas kuda, mereka saling melemparkan tombak pada lawannya. Ada kepercayaan, semakin banyak darah keluar menetesi bumi, maka artinya panen pun kelak akan berlimpah.

Selama syuting film Pendekar Tongkat Emas, sebagai pendekar aku juga menunggangi kuda pony tersebut. Baik sebagai kendaraan, maupun sarana melakukan peperangan. Ya, pengalaman yang sangat mengasyikkan. Hahaha.

Sebagai orang Indonesia, aku merasa bangga. Ternyata di negeriku juga ada budaya memelihara dan menunggang kuda. Selama ini, aku kira hanya cowboy-cowboy Amerika yang menunggang kuda. Hahaha.

Di Pulau Sumba ada budaya menguburkan anggota keluarga yang meninggal dunia dalam kuburan batu di depan rumah. Semakin tinggi kuburan batu itu, menandakan semakin tinggi pula derajat orang itu di masyarakat.

Ketika para kaum lelaki pergi bertani, maka ibu-ibu di sana melakukan kegiatan menenun di depan rumahnya. Sumba memang terkenal dengan kain tenun ikatnya. Kain tenun ikat itu berwarna-warni, natural colour.

Biasanya motif-motifnya adalah hewan-hewan yang ada di sekitar kehidupan kita, seperti kuda, buaya, ular, kepiting, dan udang. Aku membeli satu kain tenun ikat itu buat kenang-kenangan.

Pembuatan kain tenun itu cukup lama, bisa sampai enam bulan. Itu sebabnya harga kain tenun ikat cukup mahal, dari yang harganya ratusan ribu rupiah, hingga yang harganya jutaan rupiah. Makin sulit pembuatannya, makin mahal harganya.

Sumber: cekricek /berbagai sumber


Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Flag Counter

Featured Post 3

Recent Posts

Unordered List

Pages

Theme Support