Sejak april 2017 lalu nama Melki Laka Lena kembali mencuat di bumi NTT. Nama melki Laka lena kembali menggema di NTT lantaran melaksanakan sebuah kegiatan akbar yakni Sayembara Ayo Bangun NTT di 22 kabupaten/kota di NTT dengan menggelar kompetisi lomba paduan suara, debat, menulis gagasan dan mencari tokoh teladan.
Segelintir orang menertawakan langkah yang di buat Melki Laka Lena dan mengangap ini hanya sebuah lelucuan. Namun bagi penulis, langkah yang dilakukan Melki Laka ini merupakan sebuah langkah cerdas dalam berpolitik dan menawarkan konsep baru dalam dunia politik di NTT yakni politik berbasis gagasan.
Melki menawarkan konsep baru membangun NTT dengan politik berbasis gagasan. Melki Laka Lena mencoba menawarkan politik baru di NTT dengan cara berpikir out of the box. Tidak berlebihan kemudian penulis mengatakan bahwa Melki Laka Lena pelopor politik gagasan di NTT. Melki Laka Lena melakukan road show keliling NTT untuk menghimpun ide dan gagasan dari akar rumput untuk dijadikan pedoman dalam membangun NTT ke depan lewat sayembara Ayo Bangun NTT. Sayembara Ayo Bangun NTT ini dibuat Melki Laka Lena dengan tujuan untuk konsolidasi pikiran-pikiran baik dan orang baik yang selama ini dilupakan, ditinggalkan, orang-orang yang tidak dianggap tetapi memiliki dedikasi dan pengabdian terhadap daerah ini serta menjadi inspirasi dan teladan bagi semua orang.
Hemat penulis, Melki Laka Lena merupakan seorang politisi muda yang cerdas karena berani membuat politik berbasis gagasan dan bukan berbasis kekuasaan. Melki Laka Lena memulai dengan hal positif, yakni menggunakan sistem piramda terbalik, artinya, mau mendengar akar rumput dan mengambilnya sebagai bahan pertimbangan dalam setiap gagasan yang akan dikerjakan ketika memimpin NTT nanti. Kegiatan Sayembara yang digelar Melki Laka Lena tidak bisa dipungkiri sangat berkualitas dan bermartabat dari aspek edukasi dan sangat mendidik, memberikan inovasi baru kepada anak-anak muda, termasuk pelajar, untuk bisa melakukan inovasi dengan terobosan baru sehingga menjadi generasi yang pada saatnya berguna bagi daerah. Melki Laka Lena berhasil mengajak ribuan pemuda NTT yang lagi apatis akan politik untuk bergerak bersama, berdiskusi membangun NTT. Melki Laka Lena berkeyakinan bahwa pemuda-pemudi NTT bisa membuktikan kepada Indonesia bahwa mereka punya kemampuan lebih dan dapat berkontribusi terhadap daerahnya masing-masing.
Kehidupan Sosial Politik NTT Minim Gagasan
Kehidupan sosial politik NTT sekarang ini boleh dikatakan minim gagasan-gagasan bernas tentang bagaimana menata dan mengelola NTT secara lebih baik ke arah kemajuan. ISAIAH Berlin, seorang filsuf politik asal Inggris, dalam bukunya The Power of Ideas, pernah mengatakan tentang pentingnya gagasan bagi kemajuan peradaban manusia. Ia kurang lebih mengatakan bahwa gagasan-gagasan filosofis yang dicermati seorang filsuf/pemikir dalam keheningan bisa menghancurkan suatu peradaban. Dari sini kita bisa mengatakan bahwa suatu kelompok, masyarakat, atau bangsa yang abai tentang pentingnya gagasan dalam membangun kehidupan sosial politik dapat dipastikan akan terpuruk dan jatuh ke dalam keterbelakangan dan akhirnya terombang-ambing dalam gejolak perubahan zaman.
Melki Laka Lena menggelar sayembara Ayo Bangun NTT ini, datang dengan kesadaran seperti itu. Kehidupan sosial politik NTT sekarang ini bisa dikatakan minim gagasan-gagasan bernas tentang bagaimana menata dan mengelola NTT secara lebih baik ke arah kemajuan. Sebagaimana dikatakan, seorang filsuf, pemikir kebudayaan, akademisi, dan pengamat sosial asal Indonesia, Yasraf Amir Piliang, ada semacam 'kehampaan intelektualitas' dalam ranah sosial politik sehingga praktik politik nyaris tidak dilandasi ilmu pengetahuan, kebajikan, dan kebijaksanaan. Iklim persaingan politik di Indonesia akhir-akhir ini disesaki oleh aroma 'perebutan kekuasaan' tanpa malu yang menutupi ruang 'pertarungan ideologi'. Demi kekuasaan, cara apa pun digunakan--politik uang, sogok, suap, kolusi, serangan fajar, mafia, persekongkolan, dan premanisme. Pertarungan ide, gagasan, dan makna-makna politik terpinggirkan, dilindas oleh pertarungan kekayaan, uang, dan kekuatan fisik. Politik ideologi--politik untuk memperjuangkan ide, gagasan, keyakinan, dan makna politik diambil alih oleh 'politik kekuasaan', politik yang tujuan tunggalnya ialah memperoleh kekuasaan.
Hal di atas lagi menggerogoti bangsa dan provinsi NTT ini. Padahal, jika kita menilik sejarah, para pendiri bangsa ini ialah orang-orang yang sangat menghargai gagasan. Indonesia di tahap-tahap pembentukannya dan pada masa awal berdirinya adalah Indonesia yang semarak dengan berbagai macam gagasan sosial politik (dari kiri ke kanan, dari 'merah' ke 'hijau', dst) tentang bagaimana menata masyarakat secara baik agar tercapai kemakmuran dan kemajuan di berbagai bidang. Soekarno, Hatta, Sjahrir, Tan Malaka, H Agus Salim, dll, pertama-tama merupakan pemikir sosial-politik sebelum mereka terjun ke dalam politik praktis dan menjadi 'politikus'. Untuk meraih kekuasaan, para pendiri bangsa itu tidak mengutamakan kepentingan politik uang (suap, sogok) kolusi, serangan fajar, mafia, persekongkolan, apalagi premanisme, tetapi berlomba-lomba menawarkan gagasan/ide yang lebih baik tentang bagaimana menata Indonesia secara sosial dan politik, dan kemudian membiarkan masyarakat menilai gagasan/ide mana yang lebih masuk akal dan lebih bernas untuk dijalankan demi mencapai Indonesia yang maju dan makmur. Pendeknya, Indonesia di tahap-tahap pembentukannya dan pada masa awal berdirinya adalah Indonesia yang sarat dengan 'pertarungan ide'. Politik yang berlaku dan dijalankan bukanlah politik uang, apalagi politik pencitraan, melainkan politik ideologi atau politik gagasan.
Dalam konteks NTT, pun tak bedah jauh. NTT sebentar lagi memasuki usia ke 59 tahun. Namun kasus kemikinan, korupsi seolah menjadi menu utama di provinsi ini. Di Tahun ini, NTT menjadi juara tiga termiskin di Indonesia setelah Provinsi Papua dan Papua Barat dengan persentase penduduk miskin 22,01% dari total penduduk sekitar 5,2 juta orang (Pos Kupang.com 4/1/2017), dan menempati posisi ke empat sebagai provinsi terkorup di Indonesia berdasarkan rilis data Indonesian Corruption Watch (ICW). Data itu dirilis berdasarkan penelitian ICW untuk kurun waktu 2010 hingga 2015 lalu. Kerugian Negara akibat kasus korupsi di NTT mencapai Rp 26,9 miliar dengan jumlah kasus sebanyak 30 selama lima tahun.(http://kabarnusantara.net/2017/04/27/ntt-provinsi-ke-4-terkorup-apa-kata-kpk/). Dalam pilkada NTT pun politik uang masih kental, nuansa SARA pun masih merasuki para pelaku dan pemilih di NTT.
Kondisi seperti inilah yang lagi dilawan Melki Laka Lena dengan mengusung politik gagasan. Hal ini menjadi komitmen Melki Laka Lena ketika melakukan deklarasi relawan, dimana mereka mengikrarkan untuk melawan politik uang dan isu SARA selama proses pemilihan gubernur berlangsung. (http://timorexpress.fajar.co.id/2017/04/12/pemuda-flores-deklarasi-dukung-melki-laka-lena/)
Selama ini memang tidak bisa dipungkiri kepala daerah lebih berorientasi pada kekuasaan dan mengabaikan gagasan membangun daerah yang maju, kreatif, dan berdaya saing dengan pelibatan warga dalam pembangunan. Jika kasus seperti ini terus berulang dari pemilu ke pemilu, maka tak ada jalan lain yang harus ditempuh selain melakukan konsolidasi demokrasi secara masif dan sistemik. Kelompok warga, pemuda, jurnalis, dan intelektual yang tercerahkan harus bersatu padu menjadi kekuatan kolektif melawan cukong, pemodal, dan pencoleng demokrasi. Demokrasi tak boleh dibegal.
Melki Laka Lena telah memulai sebuah langkah cerdas dan membawa spirit baru dalam dunia politik NTT yakni politik gagasan. Menjadi penting untuk semua pelaku politik di NTT untuk meneruskan hal positif ini demi mewujudkan demokrasi yang sehat di NTT. Patut dicatat juga mereka yang selama ini abai tentang pentingnya gagasan dalam membangun kehidupan sosial politik, dan hanya sibuk melakukan pencitraan dan cenderung menyepelekan harkat dan martabat rakyat, dengan menakarnya seharga Rp200 ribu per suara, menjul isu SARA untuk meraup suara dapat dipastikan akan memperburuk dan menjadikan masa depan rakyat jatuh dalam kubangan penderitaan kemiskinan dan keterbelakangan.
Gagasan-gagasan yang baik, inovatif dan kreatif, yang dicanangkan Melki Laka Lena ini tidak boleh tergenang pada satu tempat yang tidak berdampak apa-apa pada perubahan. Gagasan tersebut harus ikut dipasarkan dan dipertarungkan dengan politik uang yang kotor dan politik SARA.
Politik gagasan harus menjadi sesuatu yang layak dipilih rakyat. Karena itu, ikhtiar, kerja keras, dan pengorbanan yang besar dibutuhkan untuk memasarkannya secara terus menerus. Selama para cukong dan pencoleng demokrasi itu terus menerus bergentayangan di setiap pasar pemilu, pada saat itu juga, pekerjaan untuk menjadikan politik gagasan sebagai pilihan rakyat, tak boleh berakhir.
Sudah saatnya NTT diisi dengan politik gagasan. Politik gagasan yang ditawarkan Melki Laka Lena ini hendaknya ditiru oleh semua bakal calon gubernur dan patut untuk terus menerus dikembangkan, utamanya oleh anak-anak muda. Aristoteles mengatakan bahwa politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama.
Demokrasi terlalu berharga untuk kita tinggalkan sendiri tanpa gagasan dan kerja keras untuk mengisi ruang- ruang kebebasan yang diberikan. Saya senantiasa percaya bahwa anak-anak muda dengan gagasan baru yang segar akan menuntun bangsa ini pada kemajuan peradaban dan meningkatkan kesejahteraan
Bernard Crick, seorang ilmuwan politik Inggris mengatakan bahwa bagi para negarawan dan calon negarawan, pemilu nanti pasti bukan semata soal kalah atau menang , tapi bagaimana warga negaranya tetap percaya bahwa demokrasi adalah jalan damai terbaik yang dimiliki seluruh warga negara dan harus dimanfaatkan demi cita-cita kesejahteraan bangsa ini. AYO BANGUN NTT DARI TITIK TERSULIT BERSAMA MELKI LAKA LENA.
(Penulis : Igo Halimaking)
0 komentar:
Posting Komentar