Post views: counter

Rabu, 14 Januari 2015

Korban Banjir di NTT Minum Air Kotor




Warga Desa Sikun dan Oan Mane Kecamatan
Malaka Barat, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur, yang menjadi korban terjangan banjir bandang mulai mengkonsumsi air kali kotor.

"Kami saat ini hanya bisa meminum air kali hasil rembesan yang kebersihannya tidak bisa terjamin. Namun demikian karena terpakasa, jadi harus dilakukan," kata seorang warga Yuliana Klau, Selasa (06/01/15).

Menurut dia, persedian air bersih dalam rumah tangga warga di desa itu sudah habis. Bahkan sumur yang berada di tengah kampung tersebut, yang biasa menjadi andalan warga sebagai sumber air bersih rumah tangga, sudah tidak bisa dimanfaatkan, karena terendam air banjir dan lumpur.

Warga pun melakukan aksi menggali sejumlah jebakan di sekitar sungai, menyaring rembesan air untuk dijadikan sebagai air minum dan memasak.

Kondisi itu, kata Yuliana, tidak bisa dilakukan sepanjang hari, karena jika banjir tiba, jebakan rembesan itu tertutup banjir. "Kami bikin jebakan untuk rembesan hanya di saat tidak banjir atau saat air mulai surut," katanya.

Bantuan pemerintah, lanjut Yuliana, belum juga diperoleh, meskipun warga telah melakukan penyampian secara resmi melalui kepala dusun dan juga Kepala Desa.

Warga lainnya, Anastasia Hoar, mengaku saat ini mengkonsumsi pisang dan ubi yang juga stoknya sangat terbatas.

Menurutnya, kondisi kehabisan makanan itu diperparah dengan tidak adanya bantuan dari pemerintah setempat untuk mengatasi kondisi yang dialami warga tersebut.

"Kami sudah dihantam banjir sejak sepekan, namun hingga kini pun belum ada bantuan dari pemerintah setempat. Dimana pemerintah kami," katanya dengan nada tanya.

Dia mengatakan, warga saat ini hanya bisa bertahan hidup dengan makanan seadanya, berupa pisang, ubi kayu dan kelapa kering yang juga tidak banyak stoknya. Beras dan jagung sebagai stok makanan sudah habis selama mengalami bencana banjir tersebut.

"Apa salah kami sehingga pemerintah tidak pernah menggubris kami untuk memberikan bantuan makanan kepada kami," katanya lirih.

Dia mengaku tidak bisa melakukan apa-apa, karena kondisi desanya direndam banjir setinggi satu meter hingga dua meter disertai lumpur. "Akses kami terputus, kami hanya bisa bertahan di rumah panggung kami dengan kondisi makanan yang juga mulai menipis," katanya.

Dia mengaku seluruh lumbung dan lahan pertanian rata tanah dihantam banjir sejak sepekan terakhir. Tinggi banjir bisa mencapai dua meter dan merendam seluruh desa itu. "Kami kehabisan makanan. Anak-anak, kami berikan makan ubi dan kelapa kering," katanya.

Dia mengaku hingga saat ini, belum ada intervensi dari pemerintah setempat, untuk mengatasi kesulitan kekurangan pangan yang dialami warga setempat. "Kami harus berbuat apa. Pemerintah tak berikan bantuan apa-apa," katanya.

Menurutnya, ada sekitar 500 kepala keluarag di Desa Sikun yang masih tetap bertahan di wilayah desa itu, dengan berlindung diri di atas rumah-rumah panggung yang dimiliki. "Kami hanya bisa berharap pemerintah segera melakukan aksi untuk bisa menyelamatkan kami dan anak-anak kami," katanya.

Banjir akibat meluapnya Sungai Benanain di Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur, telah merendam ribuan rumah di dua desa yang berada di bantaran sungai yang membelah wilayah perbatasan Negara RI-Timor Leste itu.

Meski banjir yang ada merupakan banjir kiriman, namun telah memberikan dampak buruk, dimana rumah warga di dua desa sepanjang bantaran kali terendam.

(Sumber; Harianterbit.com/Selasa, 06 Januari 2015)
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Flag Counter

Featured Post 3

Arsip Blog

Recent Posts

Unordered List

Pages

Theme Support