Post views: counter

Senin, 05 Januari 2015

KADO SPESIAL YANG TAK SPESIAL

ADA yang luar biasa pada perayaan Hari Ulang Tahun NTT tahun ini. Tak tanggung-tanggung, orang nomor satu di Republik ini, Presiden Joko Widodo hadir di Kota Kupang menyemarakkan HUT NTT ke-56 dengan membawa kado sejumlah kue pembangunan. Beberapa menteri dan dua gubernur hebat  Ahok dari DKI Jakarta dan Ganjar Pranowo dari Jawa Tengah  pun dibawa serta.
Bendungan Raknamo, launching Rumah Sakit Siloam, blusukan di pasar tradisional merupakan sebagian kado ultah yang diberikan spesial kepada NTT. Tentu saja harapan publik NTT, kedatangan Jokowi tidak hanya habis di perayaan HUT, tapi memberikan dampak jangka panjang bagi kemajuan daerah ini.
Tidak sekadar meninggalkan proyek, lebih dari itu, kehadiran Jokowi beserta Ahok dan Ganjar diharapkan pula bisa menginspirasi para pemimpin di daerah ini untuk menjadi pemimpin-pemimpin
hebat, yang benar-benar pro rakyat.
Jokowi boleh hebat sebagai Presiden, tapi dampak kehebatan dan perhatiannya pada NTT tidak akan berarti banyak bagi kemajuan NTT jika pemimpin daerah ini tidak mampu menerjemahkan esensi kepemimpinan pro rakyat yang melekat dalam diri seorang Jokowi.
Provinsi NTT punya segudang potensi untuk maju bersaing dengan daerah mana pun di Tanah Air. Kalau selama ini NTT ketinggalan jauh dibanding banyak daerah lain, itu bukan karena daerah ini kekurangan potensi. Dari sisi sumber daya alam, NTT punya begitu banyak potensi. Sebut saja, laut yang begitu luas dan kaya serta objek pariwisata yang begitu beragam dan indah, yang hingga kini belum mendapat sentuhan semestinya.
Dari sisi sumber daya manusia, daerah ini punya begitu banyak orang hebat yang mampu dan sukses bersaing di kancah nasional bahkan internasional dalam berbagai bidang kehidupan. Kalau mau jujur, ada satu faktor utama yang membuat NTT masih hidup dalam stigma Nasib Tidak Tentu, Nusa Tertinggal Terus, Nanti Tuhan Tolong yakni belum hadirnya pemimpin yang benar-benar hebat dan pro rakyat.
NTT masih merindukan pemimpin idaman, yang mampu mensinergikan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia menjadi energi yang menghidupkan dan menyejahterakan rakyatnya. Harus diakui NTT sempat punya dua gubernur yang cukup mumpuni, yakni El Tari dan Ben Mboi. Namun sayang, jejak keduanya terputus akibat tidak dinapaktilasi oleh pemimpin generasi berikutnya.
Tak heran, hari ini NTT masih dikuasai pemimpin-pemimpin yang gemar mengkomoditaskan kemiskinan. Inilah yang menjadi faktor utama mengapa kemiskinan masih senantiasa menjadi sahabat banyak orang di sini. Masih banyak pemimpin di NTT yang tak malu hidup dalam gelimang kemewahan di tengah rakyat yang menderita.
Kabar teraktual, Pemprov dengan restu DPRD NTT, akan menggelontorkan dana APBD sebesar Rp 176 miliar untuk membangun kantor baru gubernur di Jalan El Tari yang tahun lalu hangus dibakar secara misterius. Padahal, pada saat ini, Pemprov pun sedang membangun kantor lama gubernur di Jalan Basuki Rahmat senilai Rp 36 miliar.
Sungguh ironis! Berangkat dari realitas sejauh ini, tak berlebihan rasanya jika kita berharap kehadiran Jokowi pada HUT NTT ke-56 ini, tidak hanya habis di seremonial belaka. Kado spesial Jokowi hanya punya makna jika gaya kepemimpinannya yang pro rakyat, mampu dibumikan oleh para pemimpin di NTT. Selamat Ultah!(VN/20/12/2014)
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Flag Counter

Featured Post 3

Arsip Blog

Recent Posts

Unordered List

Pages

Theme Support