Post views: counter

Senin, 12 Januari 2015

Perpustakaan tanpa Buku


BISA jadi terdengar langka bila kita mengangkat isu khusus tentang perpustakaan di NTT, apalagi bagi masyarakat awam berminat baca rendah dan pastinya bagi mereka yang buta huruf. Perpustakaan hanya tidak asing bagi para pelajar, mahasiswa, dan praktisi pendidikan, kendati tidak semuanya berhasrat membaca.

Bagi kota-kota beradab, perpustakaan adalah kebanggaan bagi para penghuninya. Mengapa? Cicero, konsul kenamaan Roma (63 SM) yang berkuasa itu pernah berujar, “Menambahkan sebuah perpustakaan bagi sebuah rumah sama artinya memberi jiwa bagi rumah itu”. Maka, jadilah Roma era itu sebagai pusat pengetahuan dan pusat peradaban.

Perpustakaan itu tempat meluaskan wawasan bagi para pembaca. Ia menjadi rumah tempat mengubah setiap insan yang bergairah menggali dan mengolah pengetahuan. Buku-bukunya menjadi kunci perubahan bagi generasi masa depan. Terdorong oleh kebutuhan itu, kali ini kita sesekali menengok keadaan Perpustakaan Daerah (PD) di Kupang.

Sebagian besar diisi buku-buku lama, tidak update dan berjumlah sedikit. Menjadi perhatian kita bersama, khususnya pemerintah daerah, untuk mengisinya hingga menjadi pusat studi, pusat transformasi dan pusat peradaban. Dibutuhkan tatkala meningginya gairah baca dan menggeliatnya kebutuhan sumber-sumber pengetahuan, baik bagi dunia pendidikan, usaha, pertanian maupun peternakan.

Kita mendapati 75 persen PD itu diisi buku-buku lama; tua, usang, tidak terawat, tidak relevan dan tidak update bagi perkembangan pengetahuan. Ia tampak seperti museum buku tua ketimbang perpustakaan yang menyediakan pengetahuan dan informasi-informasi terkini. Hal ini tentu menjadi kesulitan bagi para mahasiswa dan praktisi pengetahuan serta masyarakat yang berminat mencari referensi.

Dengan demikian, ia tidak lagi menjadi tempat rujukan pencarian buku-buku dan perkembangan pengetahuan terkini. Harapannya agar PD itu segera dilengkapi dan ditambahkan buku-buku terbaru. Jadikan ia pusat studi dan pusat penelitian pustaka bagi masyarakat, khususnya bagi penghuni Kota Kupang.

Kebesaran PD itu juga menjadi simbol kebesaran daerah, kebesaran pemerintah, dan kebesaran pendidikan NTT. Kita berharap agar pemerintah serius memperhatikannasib Perpustakaan Daerah. Perubahan juga lahir dari buku-buku pengetahuan. Kendati bisu, perpustakaan diam-diam mengajarkan, mengisi otak dan membuka wawasan siapa saja yang mengunjunginya.

Ia melahirkan peradaban hebat lewat transfer pengetahuan dan informasi. Intinya, melengkapi koleksi buku PD itu sama artinya mengubah peradaban NTT. Isilah jiwa provinsi ini lewat buku-buku dan jangan membiarkannya jadi perpustakaan tanpa buku. Selamat membaca!

(Sumber; Victory News, 09/01/2015)
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Flag Counter

Featured Post 3

Arsip Blog

Recent Posts

Unordered List

Pages

Theme Support