Post views: counter

Senin, 05 Januari 2015

Ada Ibu, Bangsa Selamat (Refleksi di Hari Ibu)


“BERAPA puluh tahon lalu, waktu beta kici e, beta inga tempo itu, sio mama gendong-gendong beta e, sambil mama masak sagu, mama menyanyi sio buju-buju, tlah sampe besar bagini, be tak lupa mama e…” Bait lagu ini membuka kembali lembaran masa kecil kita semua.

Kita semua, baik laki-laki maupun perempuan, dilahirkan dari rahim seorang ibu. Dan sampai dengan saat ini, apakah kita sudah memberikan yang terbaik buat ibu kita? Ataukah justru kita selalu menyakitinya dan membuatnya meneteskan air mata? Adagium “surga ada di telapak kaki ibu” harus menjadi “rambu-rambu” bagi kita semua dalam menjalankan tugas dan karya kita dalam kehidupan setiap hari.

Ibu adalah seorang perempuan. Menghargai dan menghormati perempuan berarti kita sudah menang dalam sebuah peradaban. Kaum perempuan dalam sejarah gerakan perempuan telah menjadi inti dari gerakan tersebut. Perempuan sudah terlibat langsung dalam gerakan perubahan sosial, politik maupun sosial budaya.

Beberapa tonggak sejarah yang perlu dicatat dalam gerakan perempuan adalah emansipasi yang diilhami RA Kartini, Sarinah Bung Karno, sampai dengan Konggres Perempuan Pertama tanggal 22 Desember 1928 yang menjadi tonggak sejarah lahirnya Hari Ibu yang kita kenang hari ini.

Kita juga perlu mencatat kisah heroik dan patriotisme perempuan dalam memperjuangkan, merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan. Dalam perjalanan sejarah, gerakan perempuan pernah hancur berkeping-keping.  Kekuatan gerakan perempuan melemah setelah tahun 1965 karena ada propaganda “perempuan berpolitik adalah sundal”, yang dituduhkan pada Gerakan Wanita (Gerwani). Dan, perempuan pun semakin tersudutkan.

Namun seiring perjalanan waktu, Reformasi mencoba melahirkan iklim baru bagi gerakan perempuan, dan ini terbukti pada Pemilu 1999, dimana Fraksi PKB DPR RI adalah partai politik pertama yang memprakarsai keterwakilan 30 persen di lembaga legislatif dengan strategi ikutan adalah keterwakilan tersebut harus tercantum dengan jelas dalam UU Pemilu dan UU Partai Politik.

Inti sari dari sejarah gerakan perempuan adalah supaya semua kita mau  mengakui bahwa antara laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan dalam pembagian peran dan tanggung jawab. Yang membedakan hanya empat hal, yakni perempuan haid, perempuan hamil, perempuan melahirkan, dan perempuan menyusui. Sedangkan kerja menjadi tanggung jawab bersama.

Menghormati seorang ibu yang adalah seorang perempuan menjadi kewajiban setiap anak, tidak diartikan sebagi tunduk dan takluk, tapi pemghormatan dalam arti kita harus menghargai ibu yang sudah melahirkan dan membesarkan kita dengan penuh kasih sayang.

Pernahkah kita melibatkan kaum ibu dalam sebuah perencanaan pembangunan? Misalnya pembangunan WC umum, apakah sudah ramah terhadap ibu-ibu hamil? Ini yang menjadi soal karena kita tidak melibatkan kaum perempuan dalam perencanaan pembangunan, sebab yang mengerti tentang kebutuhan perempuan adalah kaum perempuan itu sendiri.

Inilah yang kita sebut sebagai pembangunan yang bias gender. Apakah ini sebuah penghargaan terhadap kaum perempuan yang adalah ibu dari kita semua? Dalam membangun bangsa di abad modern ini, butuh tangan terampil dari seorang ibu karena di tangan seorang ibulah generasi penerus bangsa dididik.

Berkualitaskah mereka, handalkah mereka, kuatkah mereka dalam mengejar cita-cita dan menjawab tantangan masa kini, dan berbagai pertanyaan lainnya, selalu mengganggu tidur malam seorang ibu. Mata  seorang ibu bisa tertutup dan lelap, ketika mata suami dan mata anak-anaknya sudah tertutup dan lelap, dan bangun sebelum matahari terbit.

Inilah wujud tanggung jawab yang besar yang diperlihatkan oleh ibuku, ibumu, ibu kita.  Selain berkorban dan bertanggung jawab, seorang ibu mempunyai kekurangan-kekurangan yakni kurang punya waktu dalam mengurus dirinya, karena waktunya sudah terkuras untuk mengurus anak dan suami; kurang pandai menghitung kesalahan-kesalahan anak dan suami, karena yang ibu tahu mereka tidak pernah membuat kesalahan; kurang mampu mengingat beban hidup karena hidupnya tercurah untuk keluarganya. Hati ibu begitu mulia.

Dan yang patut di banggakan adalah seorang ibu dengan mudah  menjadi “Menteri Keuangan Keluarga” karena sangat pandai mengelola keuangan. Ibu juga dijuluki “Menteri Pekerjaan Umum Keluarga” karena bisa menghandle dan meyelesaikan setiap pekerjaan dalam rumah tangga.

Seorang ibu juga dapat menjadi “Menteri Kesehatan Keluarga” karena lebih cepat dan lebih tanggap jika ada anggota keluarga yang sakit. Begitu banyak tugasmu ibu, tapi engkau begitu kuat dalam  menyelesaikannya tanpa ada keluhan. Semua perkara disimpan dalam hatinya.

Jadi Inspirasi Olehnya Hari Ibu harus menjadi inspirasi bagi kita semua. Sejarah gerakan perempuan yang menjadi tonggak lahirnya Hari Ibu menjadi entry point bagi kita semua dalam menggapai cita-cita dan masa depan. Ada ibu bangsa selamat, karena tangan-tangan terampil penuh kasih sayang akan mengantar seorang anak dalam meraih impian.

Ibu hanya memberi dan tak berharap kembali, kasih ibu sepanjang masa. Momentum Hari Ibu harus menjadi spirit baru bagi generasi penerus dalam membangun bangsa dan peradaban. Ibuku, ibumu, ibu kita adalah perempuan hebat dalam sejarah kehidupan manusia. Sosok yang tidak akan tergantikan dan tidak dapat diganti oleh siapa pun.

Kami sangat bangga denganmu, ibu. Engkaulah matahariku, engkaulah daya juangku, engkaulah segalanya bagiku. “Di doa ibuku, namaku disebut, di doa ibu kudengar ada namaku disebut”. Selamat Hari Ibu! Kami semua sayang ibu!
(Victory News, Dec 22, 2014)
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Flag Counter

Featured Post 3

Arsip Blog

Recent Posts

Unordered List

Pages

Theme Support