Post views: counter

Senin, 05 Januari 2015

Menggugat PLN


BICARA perusahaan idealnya harus menggunakan dua cermin; cermin bisnis produsen dan cermin pelayanan konsumen. Keduanya harus seimbang baik hak maupun kewajiban. Problem PLN di NTT pun tidak boleh lari dari dua sisi tersebut. Problem pelayanan menjadi buah bibir publik provinsi ini.

Segudang kritikan dan bahkan umpatan seakan tidak menggugah BUMN tersebut. Masalah lama namun kekosongan solusi. Listrik mati seenaknya tanpa pertanggungjawaban yang bisa mengobati
kejengkelan publik, selain solusi mengkambinghitamkan kerusakan mesinmesin. Lantas publik menguakkan spekulasi dan kecurigaan akan adanya mafia menggila dalam perusahaan listrik negara itu.

Mengapa kerusakan mesin selalu menjadi tameng penjaga nama baik PLN? Publik pun mengendus kehancuran pelayanan penerangan dan kebutuhan arus lebih disebabkan oleh manajemen mafia.
Transparansi mulai ditagih oleh beberapa pihak baik oleh YLKI, Dewan, LSM-LSM maupun masyarakat sendiri, didorong oleh kenyataan keberantakan sistem dan manajemen pelayanan yang mengangkangi hak konsumen.

Kewajiban pelanggan membayar tagihan hanya dibalas dengan pelayanan yang kontra produktif. Listrik matihidup suka-suka tanpa sosialisasi dan informasi dan terjadi terus menerus. Keputusan sepihak yang akhirnya menyepelekan hak konsumen. Jadilah PLN sebagai perusahaan dengan kredibilitas rendah. Bobot pelayanan rendah ini tidak hanya menimpa Kota Kupang tetapi juga hampir seluruh daerah di NTT.

Pledoi PLN selalu sederhana dan gampang yakni menuduh kerusakan mesin sebagai kambing hitam. Tentu keliru bila kerusakan alat selalu menjadi tameng menutupi kehancuran. Jauh lebih baik bila
mengintip dan mengulik kerusakan manajemen. Adakah mafia bersemayam dalam rumah PLN? Arus finansial yang masuk sangat tinggi yang tidak sebanding dengan pelayanan maksimal terhadap
konsumen.

Alasan kerusakan peralatan telah membasi karena bisa diganti kapan saja jika memiliki niat baik. Urusan teknis seperti ini semestinya tidak membutuhkan kritikan masyarakat. Betapa rendahnya kapasitas
PLN bila saja konsumen harus mengajarkan hal-hal teknis seperti itu.

Karenanya, dugaan mafia bisa sangat mungkin. Celaah utama menelisiknya adalah manajemen keuangan, pengelolaan dan penggunaannya. Mutu pelayanan  juga bertautan dengan manajemen keuangan. Publik wajib menelisik manajemen keuangan PLN karena mengadakan dan menggantikan mesin baru saja sangat sukar.

Perayaan Natal dan Tahun Baru barusan berlalu. Kiranya PLN memakainya sebagai momen unjuk diri dan reformasi baik manajemen maupun pelayanan. Publik harus segera diyakinkan bila keberantakan pelayanan itu sejatinya bukan semata soal mesin-mesin tetapi soal yang manajemen yang kurang transparan, manipulatif, dan sarat mafia.
(Victory News, Dec 16, 2014)
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Flag Counter

Featured Post 3

Arsip Blog

Recent Posts

Unordered List

Pages

Theme Support