Post views: counter

Senin, 05 Januari 2015

Dokumen Sejarah dan Identitas Bangsa


INI hal yang sangat memalukan! Kalimat ini agaknya tidak berlebihan diungkapkan ketika membaca berita harian ini (VN/ 17/12/2014) yang menulis tentang buku perjuangan salah seorang pahlawan NTT Isaac Huru Doko (IH Doko) yang dibuang di belakang gedung kantor pusat Bank NTT.

Bagaimana mungkin dokumen dan catatan-catatan penting bagi perkembangan sebuah bangsa dibuang begitu saja di tempat sampah? Tidak dipermasalahkan apakah buku itu sengaja atau tidak sengaja dibuang, namun yang menjadi hal yang tidak dapat dipungkiri adalah bahwa bangsa ini (termasuk kita) tidak pernah mengghargai sebuah ingatan sejarah.

Dokumen sejarah, sekecil apapun, adalah gambaran identitas bangsa dari masa ke masa.  Ketika saya sedang mengambil studi di Manila-Filipina beberapa tahun silam, saya pernah bertemu seorang mahasiswa dari Israel yang menceritakan bagaimana ingatan sejarah bangsanya sudah dikisahkan sejak mereka masih anak-anak, bahkan juga diceritakan oleh orangtua mereka sendiri.

Saya hanya tertunduk diam dan malu karena saya sendiri merasakan hal ini berbeda dengan bangsa ini. Pertanyaannya adalah apa yang penting dari sebuah ingatan sejarah sehingga tetap dijaga dan “diceritakan” dari waktu ke waktu, dari generasi ke generasi? Tulisan ini tidak ingin menjelaskan siapa dan perjuangan IH Doko.

Tulisan ini lebih mengerucut pada gambaran bagaimana pentingnya sebuah dokumen sejarah bagi perjalanan suatu bangsa. Tulisan ini sekaligus menjadi “alarm” bagi bangsa ini,  khususnya NTT bahwa dokumen sejarah yang mengisahkan sebuah ingatan sejarah adalah gambaran identitas bangsa itu sendiri (termasuk identitas NTT).

Sejarah dan Masa Depan Sejarah merupakan gambaran identitas suatu bangsa. Bangsa tanpa catatan dan dokumen sejarah adalah bangsa tanpa masa depan. Bangsa itu sekaligus tidak memiliki identitas sebab tidak ada bukti yang menggambarkan keberadaan dan kekhasan bangsa tersebut.

Kebenaran akan sebuah catatan sejarah hanya ditentukan oleh dua hal yakni kesaksian dan juga dokumen. Kesaksian mungkin akan sedikit berkurang ketika pelaku-pelaku sejarah (witness) sudah mulai berkurang, bahkan sudah mulai hilang satu per satu dari dunia. Yang bisa diandalkasn sekarang hanyalah dokumen sejarah.

Dokumen adalah sebuah bukti dasar yang menceritakan perjalanan sebuah bangsa dan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Buku IH Doko yang berserakan beberapa hari lalu adalah dokumen sejarah. Dengan demikian buku tersebut seharusnya dipelihara dan diajarkan, bukan dibuang begitu saja.

Ingatan sejarah sangat penting sebab memuat ingatan sosial akan sebuah realitas atau seseorang (termasuk IH Doko) yang akan abadi dan tidak bisa dipisahkan dari perjalanan hidup suatu bangsa (daerah). Kekuatan dokumen terletak pada daya untuk mengklarifkasi sejarah, sebab kerapkali sejarah selalu dikonstruksi oleh kekuasaan tertentu.

Namun demikian, yang patut diskusikan lebih lanjut adalah  apa yang penting dari sebuah ingatan sejarah sehingga harus diceritakan dan diteruskan dari generasi ke generasi? Ada dua hal penting yang bisa menggambarkan tentang pentingnya dokumen sejarah yang harus di”regenerasikan” sebagai identitas bangsa.

Pertama, dokumen sejarah tidak hanya berperan sebagai alat pemurnian sejarah tetapi ia sekaligus memberi makna, memverifikasi hipotesa-hipotesa pengingat, sekaligus membangunkan kembali makna. Upaya membangunkan kembali makna adalah upaya untuk membangunkan kembali segala kearifan dan identitas bangsa yang patut dicontohi generasi penerus.

Fenomena dibuangnya buku IH Doko semakin menggambarkan kekosongan sejarah bagi generasi muda. Generasi penerus sekarang lebih mengetahui siapa artis terkenal, lagu terkenal, dan model baju terkenal dari pada para pahlawan yang telah memberi andil bagi perkembangan bangsa dan daerah ini.

Di Kota Kupang, misalnya, jalan dan gang atau lorong dipenuhi gambar modern tanpa ada sebuah lukisan identitas asli NTT sendiri seperti pahlawan lokal atau pun hal lain yang menggambarkan NTT itu sendiri.  Kedua, ingatan sejarah yang diungkapkan oleh dokumen sejarah sangat penting untuk menata masa depan bangsa yang lebih baik.

Sejarah sebenarnya menjadi patokan maju mundurnya sebuah bangsa. Bangsa dengan dokumen sejarah yang lengkap berani melangkah dalam koridor-koridor yang lebih tepat, dengan memperhitungkan segala kesalahan yang telah terjadi selama ini. Kesalahan yang telah terjadi akan dikoreksi secara tepat untuk menyongsong masa depan yang lebih baik.

Catatan dan dokumen sejarah sekaligus menjadi bahan reflektif masa lalu, sekaligus berupaya untuk membangun sebuah “proyek” kehidupan yang lebih bermakna. Gambaran sejarah apapun diharapkan bisa menjadi ingatan kolektif suatu kelompok atau masyarakat yang akan diturunkan dari generasi ke generasi seperti yang digambarkan M Halbwachs (1877-1945).

Kedua alasan tersebut menjadi inti tulisan ini yakni bahwa dokumen dan catatan sejarah apapun, layak untuk diteruskan dari generasi ke generasi sehingga identitas sebuah bangsa tidak bisa hilang dengan sendirinya. Buku IH Doko yang dibuang harus menjadi bahan refleksi identitas NTT. Pemerintah harus segera mengambil sikap untuk menyelesaikan hal ini. Yang dibutuhkan sekarang bukan usaha untuk mengklarifikasi apakah buku-buku tersebut sengaja dibuang atau tidak.

Hal terpenting sekarang hanya satu yakni pemerintah harus segera mengambil langkah konkret sehingga isi buku-buku tersebut harus segera diketahui dan dihidupi oleh generasi-generasi penerus IH Doko. Semoga pemerintah tidak hanya disibukkan oleh rencana pembanguan fisik NTT dan melupakan pembangunan karakter manusia NTT yang telah dicontohi oleh para pendahulu daerah ini.

Contoh dan cara hidup yang telah dilakukan para pendahulu NTT, termasuk IH Doko harus menjadi acuan pembangunan daerah ini. Kita pasti tidak ingin identitas NTT yang pernah dihidupi seorang IH Doko akan hilang dengan sendirinya, apalagi harus hilang di tempat sampah!
(Victory News, Dec 18, 2014)
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Flag Counter

Featured Post 3

Arsip Blog

Recent Posts

Unordered List

Pages

Theme Support