Post views: counter

Rabu, 21 Januari 2015

Lagi!! Korban Gizi Buruk di NTT Berjatuhan


ilustrasi gizi buruk

Gizi buruk pada anak sampai saat ini masih menjadi masalah di Indonesia. Kebanyakan  yang mengalami gizi buruk berada di daerah timur Indonesia seperti di daerah NTT dan Maluku. Salah satu faktor penyebanya karena letak geografisnya seperti jarak yang jauh dari fasilitas kesehatan. Masalah gizi buruk yang terjadi selama ini merupakan manifestasi dari perilaku gizi yang salah dan pada masa lampau dan penyebab lainnya (hulu) dan pada waktunya akan munculnya kasus - kasus gizi buruk (hilir).

Lihat saja korban Gisi buruk di NTT kembali berjatuhan. YUSTINA Mau (2 bulan) tergolek lemah di Ruangan Kenanga RSUD WZ Johannes, Selasa (20/1/2015) malam. Kondisi bayi yang merupakan buah kasih Agustinus Mau dan Yunita, saat dilarikan ke rumah sakit bayi Yustina mengalami dehidrasi berat dan mengalami gizi buruk. Menurut sang ibu Yunita, sejak lahir anaknya itu sehat. Bahkan saat timbang di Posyandu Manulai 2 belum lama ini, berat badan Yustina 3,2 kg dan sejak dua hari terakhir anaknya mencret terus.

Bukan hanya itu saja, tak lama setelah bayi Yustina dibawa ke ruang rawat inap, satu pasien gizi buruk lagi masuk ke IGD RSUD WZ Johannes. Kondisinya tinggal kulit pembalut tulang. Nama pasien itu adalah Yiska Snae (12), murid kelas VI SD Babuin di Kecamatan Kolbano, Kabupaten TTS.

Bocah itu sudah lama divonis gizi buruk dan dirawat di Puskemas Babuin-TTS, namun tak ada perubahan. Bahkan lima hari terakhir, Yiska mengalami diare. Awalnya, diantar kelurga di Kupang, pasien ini diperiksa di Puskesmas Oetete, dirujuk ke RSUD SK Lerik pada Senin (19/1), lalu dirujuk ke RSUD WZ Johannes, kemarin. (Baca Victory News 21/01/2015)

Menurut hasil release Balitbangkes, satu dekade terakhir, NTT terus berada dalam kolom empat besar provinsi gizi buruk tertinggi dengan menempati nomor wahid. Sebuah rekor serius dalam masalah serius pula. Ini masalah bersama dan karenanya solusinya pun harus dilakukan secara kolektif, komprehensif, dan butuh partisipasi semua elemen.

Pemerintah dan masyarakat sama-sama bertanggung jawab penuh. Bukan saatnya saling mempersalahkan selain menemukan sumber problemnya. Gizi buruk itu soal pola hidup dan cara berpikir
masyarakat kendati pula soal kesejahteraan yang menjadi urusan negara.

Pola hidup menyangkut gaya hidup dan cara berpikir tentang SDM. Mari memeriksa secara rinci beberapa faktor berikut. Pertama, faktor minimnya SDM yang berakibat fatal pada kualitas pola hidup dan pengolahan SDA yang ada. Faktanya, NTT sebetulnya tidak kekurangan SDA berupa pangan yang sehat seperti sayur-sayuran, buah-buahan, umbi-umbian, biji-bjian dan makanan khas lokal lainnya.

Beras bukanlah satu-satunya sumber makanan. Jadi, kekurangan tidak berarti miskin. Yang diubah adalah pola pikir dan SDM mengolah pangan yang ada menjadi lebih berkualitas. Jadi, akar persoalannya itu pendidikan guna mengolah SDA yang ada. Kedua, faktor mental sosial yakni kesadaran masyarakat akan pola hidup sehat. NTT belum diisi oleh masyarakat dengan perilaku dan kultur hidup sehat.

Lagi-lagi, kita harus kembali ke pendidikan sebagai akar persoalan. Yang diubah adalah kesadaran mulai dari individu sampai lingkungan sosial. Karenanya, menanggapi gizi buruk bukan semata urusan pemerintah. Kita semua berpartisipasi menanganinya dan mencarikan solusi dengan beberapa strategi berikut.

Pertama, strategi ekonomi-politik dalam bentuk pembenahan kebijakan dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan. Problem gizi buruk merupakan percikan kebijakan yang kurang memperhatikan
kesejahteraan rakyat baik dalam rupa pelayanan kesehatan, pendidikan maupun ekonomi.

Kedua, strategi budaya dengan mengubah gaya hidup, kemauan keras dan karakter membangun diri mulai dari lingkup keluarga hingga masyarakat sosial. Kebijakan pemerintah akan berhasil bila masyarakat sendiri berjuang keras mengubah hidup dan kemauan mengasah SDM dan mengolah SDA dengan baik.

Problem gizi buruk ini harus dipecahkan lewat usaha kolektif antara pemerintah dengan masyarakat. Keduanya harus bertemu pada sebuah kesadaran bersama membangun NTT yang sehat. Akhirnya, kita semua diajak bersama pemerintah guna mendorong, memberi peluang dan memotivasi masyarakat agar melek pendidikan, melek pembangunan SDM dan melek gaya hidup sehat.

Kemauan dan kesadaran masyarakat adalah daya gedor utama untuk mengerahkan segala kemampuan dan kreativitas mengolah segala sumber daya yang ada. NTT bisa keluar dari problem gizi buruk bila semua pihak bekerja sama menghentikannya.

(Sumber; Victory News)
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Flag Counter

Featured Post 3

Arsip Blog

Recent Posts

Unordered List

Pages

Theme Support